Oleh: Gunawan
Seperti yang saya tulis
pada artikel singkat sebelumnya, bahwa salah satu penyebab seseorang bersikap
fanatik terhadap sesuatu atau tokoh-tokoh tertentu, adalah karena ia tidak mau
membuka dirinya (tertutup). Ya, apa pun yang datang dari luar akan sulit masuk
ke dalam diri jikalau seseorang menutupi dirinya. Walaupun yang datang dari
luar adalah suatu kebenaran, tidak akan bisa masuk ke dalam diri seseorang manakala
ia tidak mau membuka dirinya untuk menerima kebenaran yang dimaksud.
Inilah salah satu efek
bilamana seseorang terlalu fanatik dengan sesuatu atau orang-orang tertentu.
Tidak baik memang, menurut saya, bila terlalu fanatik terhadap sang idola.
Apalagi sampai “berdarah-darah” membelanya walau melakukan suatu kesalahan.
Kehidupan bermasyarakat
akan semakin tenteram dan harmonis bila di antara anggota masyarakat tersebut
saling menghargai, mau membuka diri untuk belajar dari mana saja dan berbagai
sumber, dan tidak terlalu fanatik terhadap orang-orang tertentu. Permusuhan dan
pertikaian antargolongan tidak akan terjadi, manakala di antara golongan
tersebut mau menerima perbedaan di antara sesama.
Menurut saya, munculnya
berbagai konflik, permusuhan, saling mem-fitnah, saling membenci antarsesama,
dan hal negatif lainnya, salah satu penyebabnya adalah karena saling
mempertahankan argumen yang belum tentu benar, baik yang bersumber dari dirinya
maupun dari sang pujaan atau idolanya. Sekali lagi, terlalu fanatik dan
mengidolakan sang idola secara berlebihan bisa menimbulkan efek yang tidak
baik, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Untuk itu, agar tidak
terlalu fanatik dan memuja secara berlebihan terhadap sesuatu atau orang-orang
tertentu, maka silakan membuka diri selebar-lebarnya. Siap menerima perbedaan,
kebenaran dan berbagai masukan yang berasal dari lingkungan luar merupakan
solusi agar kita tidak terlalu fanatik dan “menghamba” kepada sang idola. Ya,
dengan banyak belajar dari orang-orang yang berbeda dan beragam sumber maka
wawasan kita akan semakin luas dan bertambah, sehingga kita semakin berdewasa
dalam berucap, berbuat, dan menyikapi berbagai persoalan hidup.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert