Oleh: Gunawan
“Ah, matematika lagi.
Apa tak ada yang lain? Mengapa harus matematika? Bosan dengan pelajaran
matematika. Benci ah dengan matematika. Belajar matematika tak ada gunanya
dalam kehidupan sehari-hari. Tak dipakai. Percuma. Buang-buang waktu saja
mempelajarinya.”
Berbagai pernyataan dan
pertanyaan di atas merupakan respon dan juga isi hati sebagian orang tentang
matematika. Persepsi dan ungkapan itu sering tertuju pada kata yang terdiri
dari sepuluh huruf tersebut, yaitu “matematika.” Bahkan, mungkin ada di antara
Anda yang membaca tulisan ini, pun memiliki tanggapan yang negatif terhadap
matematika.
It’s ok.
Tak masalah. Tak menjadi persoalan. Silakan saja. Itu hak masing-masing
individu. Namun, sadar atau tidak sadar, dibalik ketidaksukaan atau “kebencian”
Anda terhadap matematika, secara bersamaan pula Anda menggunakan dan memakai
matematika dalam keseharian Anda. Barangkali, di sini letak ketidakkonsistenan
Anda. Di satu sisi dibenci, namun di lain sisi disayang bahkan setiap hari
merindukan kehadiran matematika.
Ya, itulah realita
dalam kehidupan kita. Banyak yang membencinya. Saya tak tahu pasti, mengapa
begitu banyak orang yang “membenci” matematika. Apakah matematika pernah
melukai hati kita? Apakah matematika pernah memusuhi kita? Apakah matematika
pernah menindas kita? Apakah matematika pernah merampas hak kita? Sehingga,
seolah tak ada kebaikan dalam matematika.
Terkadang kita hanya
melihat yang tampak saja. Namun, tak pernah mau tahu sesuatu dibalik itu semua.
Kita hanya bisa melihat sisi negatif seseorang walaupun hanya secuil, namun
melupakan berjibun kebaikan yang diperbuat oleh orang lain kepada kita.
Begitu pula dengan
matematika. Begitu entengnya kita menghakimi matematika. Begitu mudahnya kita
menghardik matematika. Begitu gampangnya kita memvonis matematika dengan
sesuatu yang tak baik. Namun, melupakan sumbangsih yang diberikan oleh
matematika kepada kita, dan itu terjadi setiap hari. Bahkan, matematika tak
pernah menuntut balas jasa kepada kita. Ia hanya ingin dimengerti saja. Ya, ia
ingin memahamkan kita, tanpanya kita “tak tahu apa-apa” dan hampa terasa.
Berhentilah untuk
menghakimi dan membenci matematika. Berhentilah untuk mencaci dan mencemooh
tentang keberadaan matematika. Berhentilah untuk mencela dan mem-bully atas kehadiran matematika. Sebab,
setiap hari kita membutuhkan jasa dan bantuan matematika. Tiap hari kita pasti
memerlukan pertolongan dan kasih sayang matematika.
Mau bukti? Baiklah,
akan saya tunjukkan. Kala kita berjalan-jalan atau melakukan piknik ke suatu
tempat wisata, misalnya, kita harus mampu mempredikisi berapa uang yang kita
butuhkan selama aktivitas itu, uang sewa tempat, uang makan, transportasi, dan
lainnya.
Di saat makan, kita
juga memerlukan matematika, berapa kali sehari, berapa porsi nasi, lauk, dan sayur
yang harus dikonsumsi oleh tubuh agar tetap bugar dan sehat. Ini tentu
membutuhkan perhitungan dan jasa dari yang namanya matematika.
Waktu berbelanja di
pasar, kita harus tahu berapa harga ikan, sayur, bumbu-bumbu masakan, misalnya.
Kita harus paham berapa yang mesti dibayar, dan berapa banyak rupiah yang harus
dikeluarkan dari kantong. Kehadiran matematika di sini juga sangat membantu,
agar tidak terjadi kecurangan antara pembeli dan penjual. Ya, tanpa matematika,
minimal perhitungan dasar, bisa saja seorang pembeli ditipu oleh penjual, pun
sebaliknya.
Hematnya, kita tak bisa
lepas dari matematika. Bantuan dan kontribusi matematika sangat nyata, tak
terhitung banyaknya. Jasa matematika dalam keseharian kita tak mampu kita
membalasnya. Kehadiran matematika dalam interaksi kita sehari-hari sangat
diperhitungan dan diperlukan, walau kita seolah berada di balik topeng dan tak
mau mengakui kontribusinya.
Jadi, masihkah kita
menganggap bahwa belajar matematika (meskipun bukan di bangku sekolah atau
perguruan tinggi) itu tak berguna dan percuma saja? Masihkah kita menganggap
keberadaan matematika itu sia-sia saja? Ah, sudahlah. Mending kita mengucapkan
terima kasih kepadanya, karena telah membantu dan menolong kita di mana pun,
kapan pun, dan dalam kondisi apa pun.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 1 comments
more_vertmatematika bikin orng pengen bundir
Delete 26 January 2022 at 19:21>:( dasar matematika kntl