Oleh: Gunawan
Hidup di tanah rantau
tentu mempunyai cerita tersendiri. Ada susah, ada senang. Ada kala sedih, ada
kala gembira. Ya, itulah beberapa perasaan yang saya alami selama berada di
tanah perantauan.
Sejak 2008 saya sudah
berada di tanah perantauan. Demi memenuhi salah satu kewajiban, yaitu mencari
atau menuntut ilmu. Yang artinya, sudah hampir sepuluh tahun keberadaan saya di
tanah rantau. Kalau sejak masuk SMP sampai SMA, tidak perlu saya hitung, walau
memang sama juga berada di tanah rantau. Namun tidak terlalu jauh, hanya beda
kabupaten (masih dalam satu Provinsi).
Ada satu momen yang
tentu tidak bisa saya lupakan sejak tahun 2008 sampai sekarang, yaitu ketika
lebaran. Ada rasa sedih dalam hati ini. Salah satu kesedihan yang saya rasakan
adalah karena belum bisa lebaran bersama keluarga besar di kampung. Bayangkan, lebaran
sejak 2008, hanya dilakukan di tanah rantau. Saya harus terima ini.
Ingin sekali pulang
kampung, lebaran, dan bercanda ria bersama keluarga. Namun, apa daya, sesuatu
berkata lain. Bukan tidak mau pulang kampung. Ada saja hal-hal yang tidak
memungkinkan. Bila ada keinginan untuk pulang, kadang orang tua yang tidak
mengizinkan. Ketika orang tua mengizinkan untuk pulang kampung, justru saya
yang tidak memungkinkan untuk pulang, karena sesuatu hal. Nasib, nasib.
Tapi, alhamdulillah,
walau belum bisa lebaran bersama keluarga di kampung, namun seolah-olah raga
ini ada di kampung halaman. Sebab, komunikasi lewat HP tetap lancar. Maklumlah,
hanya itu satu-satunya solusi sekaligus obat penawar rindu.
Semoga saja, lebaran
yang akan datang bisa berkumpul bersama dengan keluarga besar. Semoga tidak ada
halangan dan rintangan.
Ibu, ayah, kakak, adik,
semuanya, maaf saya belum bisa bertemu, berkumpul, dan lebaran bersama kalian
semuanya. Miss you all. Hanya doa yang
bisa saya panjatkan untuk kalian semuanya. Semoga kalian selalu diberikan
kesehatan oleh Yang Maha Kuasa. Dan yang utama, semoga Tuhan selalu menuntun
kita ke jalan-Nya. Sehingga kita tetap istikamah beribadah kepada-Nya. Hingga
ajal menjemput kita. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert