Oleh: Gunawan
Menjadi seorang
penulis, apalagi penulis pemula seperti saya ini, yang notabenenya masih awam
dalam hal pengetahuan tentang kepenulisan, sungguh tidaklah mudah. Selalu saja
ada hal-hal yang di luar dugaan saya sebelumnya. Ya, walaupun memang pada
dasarnya, segala bentuk aktivitas pasti ada konsekuensinya. Ini sudah menjadi
hukum alam.
Saya percaya, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan pasti melewati berbagai tantangan dan rintangan. Tanpa ada tantangan dan rintangan, tentu perjuangan tidak akan berbuah manis dan nikmat. Justru dengan adanya berbagai hambatan yang dimaksud, itulah baru yang dinamakan dengan perjuangan sejati.
Perjuangan yang mulus-mulus saja tanpa ada hambatan, mungkin terasa bagus dan nikmat. Namun, jauh lebih nikmat dan lebih bermakna lagi, manakala yang diperjuangkan itu dihadang dan diliputi dengan berbagai cobaan dan tantangan. Tentu, dalam hal ini sudah mencapai pada hasil yang diperjuangan. Ini sungguh luar biasa, menurut saya.
Seperti pada berbagai tulisan saya sebelumnya (bagi yang sudah membacanya), awal mula saya tertarik di dunia tulis-menulis adalah sejak Maret 2011. Namun, kala itu saya sama sekali belum bisa menulis rutin setiap hari. Pun juga fokus saya kala itu masih seputar dunia matematika. Hanya itu. Baik yang berhubungan dengan matematika sekolah maupun matematika perguruan tinggi. Itu yang saya lakukan sampai mendekati akhir 2016 lalu.
Saya pun belajar menulis hanya autodidak. Sama sekali belum pernah mengikuti workshop, seminar, pelatihan, atau sejenisnya tentang kepenulisan. Apalagi membaca buku tentang teori kepenulisan, tidak pernah saya lakukan. Hanya belajar seorang diri.
Mulailah Desember 2016, saya berusaha untuk membuat komitmen pada diri saya, bahwa saya harus menulis rutin setiap hari. Minimal satu judul tulisan dalam sehari. Harus ada. Tidak boleh tidak. Itulah ikrar saya kala itu. Dan kemudian tulisan tersebut saya berusaha untuk men-share lewat facebook, blog pribadi, WhatsApp teman-teman, atau lainnya. Ya, walaupun tulisan rutin saya tersebut, tidak semuanya saya share. Umumnya, saya hanya mempublikasikan satu judul tulisan dalam sehari. Tentu tujuan saya mempublikasikannya adalah agar tulisan saya tersebut bisa juga dikonsumsi oleh orang lain (bagi yang berminat dan mau membacanya). Siapa tahu ada manfaatnya bagi mereka.
Demi mewujudkan dan memuluskan komitmen tersebut, akhirnya saya mulai melirik komunitas penulis lewat dunia maya, yang barangkali bisa membantu saya agar tetap semangat untuk terus menulis.
Awalnya, kala itu, secara tidak sengaja dan kebetulan saya membaca salah satu postingan Ustadz M.Husnaini di akun facebook-nya. Kurang lebih postingan beliau tersebut berisi tentang rencana merintis semacam sebuah komunitas menulis via grup WA. Tentu digunakan untuk belajar menulis bagi para anggota (calon penulis dan penulis pemula). Singkat cerita, setelah melewati tahap penyeleksian, saya pun diterima sebagai salah satu anggota dalam komunitas tersebut. Tepatnya, 12 Januari 2017. Komunitas tersebut bernama “Aku Bisa Menulis (ABM).” Tentu beliau sendiri yang menamakannya.
Selang dua setengah bulan kemudian, alhamdulillah saya juga diterima sebagai salah satu keluarga besar di komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN). Sungguh perjuangan yang tidak mudah. Namun, karena ingin menjadi seorang penulis dan memantapkan komitmen seperti yang saya sebutkan di atas, semuanya harus saya lakukan. Apa pun tantangan dan hambatan, saya berusaha untuk menghadangnya.
Sekali lagi, setiap tulisan yang saya hasilkan, paling tidak satu judul tulisan saya berusaha untuk men-share-nya lewat media sosial (online). Pokoknya, saya berusaha untuk mempostingnya. Bagus atau tidaknya, berbobot atau tidaknya tulisan saya, tidak pernah saya hiraukan. Itu urusan belakangan, bagi saya. Namanya dalam tahap belajar. Saya yakin, dengan selalu dipaksa tiap harinya suatu saat tulisan saya sedikit demi sedikit akan “berbobot.” Insya Allah.
Dalam kaitannya dengan men-share tulisan, khususnya lewat WA teman-teman dan berbagai grup WA yang saya ikuti, tentunya juga ada tantangan. Walaupun memang lebih banyak kenikmatan yang saya rasakan. Salah satu tantangannya, kadang ada yang mencibir ini dan itu. Demikian juga di salah satu grup WA yang saya ikuti, ada juga yang terang-terangan menolak dan melarang saya men-share tulisan di situ. Saya tidak tahu alasannya mengapa.
Sebenarnya tujuan saya hanya satu, yaitu mencoba menggaungkan literasi, khususnya lewat tulis-menulis. Saya ingin bermula dari dunia maya. Hanya itu saja. Tidak lebih. Namun, sekali lagi, inilah salah satu tantangan dalam memperjuangkan sesuatu. Memang, sungguh tidak mudah. Saya yakin, suatu saat mereka akan sadar dengan sendirinya. Mungkin, pada saat ini, mereka belum paham, dan barangkali saya “salah tempat atau salah kamar.” Insya Allah, suatu saat saya akan meyakinkan pada mereka, bahwa yang saya lakukan ini merupakan suatu hal baik dan harus dilakukan bersama-sama.
Wallahu a’lam.
Saya percaya, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan pasti melewati berbagai tantangan dan rintangan. Tanpa ada tantangan dan rintangan, tentu perjuangan tidak akan berbuah manis dan nikmat. Justru dengan adanya berbagai hambatan yang dimaksud, itulah baru yang dinamakan dengan perjuangan sejati.
Perjuangan yang mulus-mulus saja tanpa ada hambatan, mungkin terasa bagus dan nikmat. Namun, jauh lebih nikmat dan lebih bermakna lagi, manakala yang diperjuangkan itu dihadang dan diliputi dengan berbagai cobaan dan tantangan. Tentu, dalam hal ini sudah mencapai pada hasil yang diperjuangan. Ini sungguh luar biasa, menurut saya.
Seperti pada berbagai tulisan saya sebelumnya (bagi yang sudah membacanya), awal mula saya tertarik di dunia tulis-menulis adalah sejak Maret 2011. Namun, kala itu saya sama sekali belum bisa menulis rutin setiap hari. Pun juga fokus saya kala itu masih seputar dunia matematika. Hanya itu. Baik yang berhubungan dengan matematika sekolah maupun matematika perguruan tinggi. Itu yang saya lakukan sampai mendekati akhir 2016 lalu.
Saya pun belajar menulis hanya autodidak. Sama sekali belum pernah mengikuti workshop, seminar, pelatihan, atau sejenisnya tentang kepenulisan. Apalagi membaca buku tentang teori kepenulisan, tidak pernah saya lakukan. Hanya belajar seorang diri.
Mulailah Desember 2016, saya berusaha untuk membuat komitmen pada diri saya, bahwa saya harus menulis rutin setiap hari. Minimal satu judul tulisan dalam sehari. Harus ada. Tidak boleh tidak. Itulah ikrar saya kala itu. Dan kemudian tulisan tersebut saya berusaha untuk men-share lewat facebook, blog pribadi, WhatsApp teman-teman, atau lainnya. Ya, walaupun tulisan rutin saya tersebut, tidak semuanya saya share. Umumnya, saya hanya mempublikasikan satu judul tulisan dalam sehari. Tentu tujuan saya mempublikasikannya adalah agar tulisan saya tersebut bisa juga dikonsumsi oleh orang lain (bagi yang berminat dan mau membacanya). Siapa tahu ada manfaatnya bagi mereka.
Demi mewujudkan dan memuluskan komitmen tersebut, akhirnya saya mulai melirik komunitas penulis lewat dunia maya, yang barangkali bisa membantu saya agar tetap semangat untuk terus menulis.
Awalnya, kala itu, secara tidak sengaja dan kebetulan saya membaca salah satu postingan Ustadz M.Husnaini di akun facebook-nya. Kurang lebih postingan beliau tersebut berisi tentang rencana merintis semacam sebuah komunitas menulis via grup WA. Tentu digunakan untuk belajar menulis bagi para anggota (calon penulis dan penulis pemula). Singkat cerita, setelah melewati tahap penyeleksian, saya pun diterima sebagai salah satu anggota dalam komunitas tersebut. Tepatnya, 12 Januari 2017. Komunitas tersebut bernama “Aku Bisa Menulis (ABM).” Tentu beliau sendiri yang menamakannya.
Selang dua setengah bulan kemudian, alhamdulillah saya juga diterima sebagai salah satu keluarga besar di komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN). Sungguh perjuangan yang tidak mudah. Namun, karena ingin menjadi seorang penulis dan memantapkan komitmen seperti yang saya sebutkan di atas, semuanya harus saya lakukan. Apa pun tantangan dan hambatan, saya berusaha untuk menghadangnya.
Sekali lagi, setiap tulisan yang saya hasilkan, paling tidak satu judul tulisan saya berusaha untuk men-share-nya lewat media sosial (online). Pokoknya, saya berusaha untuk mempostingnya. Bagus atau tidaknya, berbobot atau tidaknya tulisan saya, tidak pernah saya hiraukan. Itu urusan belakangan, bagi saya. Namanya dalam tahap belajar. Saya yakin, dengan selalu dipaksa tiap harinya suatu saat tulisan saya sedikit demi sedikit akan “berbobot.” Insya Allah.
Dalam kaitannya dengan men-share tulisan, khususnya lewat WA teman-teman dan berbagai grup WA yang saya ikuti, tentunya juga ada tantangan. Walaupun memang lebih banyak kenikmatan yang saya rasakan. Salah satu tantangannya, kadang ada yang mencibir ini dan itu. Demikian juga di salah satu grup WA yang saya ikuti, ada juga yang terang-terangan menolak dan melarang saya men-share tulisan di situ. Saya tidak tahu alasannya mengapa.
Sebenarnya tujuan saya hanya satu, yaitu mencoba menggaungkan literasi, khususnya lewat tulis-menulis. Saya ingin bermula dari dunia maya. Hanya itu saja. Tidak lebih. Namun, sekali lagi, inilah salah satu tantangan dalam memperjuangkan sesuatu. Memang, sungguh tidak mudah. Saya yakin, suatu saat mereka akan sadar dengan sendirinya. Mungkin, pada saat ini, mereka belum paham, dan barangkali saya “salah tempat atau salah kamar.” Insya Allah, suatu saat saya akan meyakinkan pada mereka, bahwa yang saya lakukan ini merupakan suatu hal baik dan harus dilakukan bersama-sama.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert