Keunikan Bahasa Matematika
Oleh: Gunawan
Tidaklah elok, jika
kita menilai matematika hanya seputar kumpulan rumus, symbol, maupun angka yang
kaku, tanpa makna. Alangkah bagusnya, bila kita mengkaji lebih dalam tentang
makna di balik rumus-rumus, simbol dan angka yang barangkali sebagian orang
menganggapnya “kaku.”
Matematika, sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, ilmu ekonomi, maka
bahasa yang digunakan adalah bahasa ekonomi. Ilmu sosial, maka yang digunakan
adalah bahasa sosial. Ilmu agama, bahasanya tentu menggunakan bahasa agama.
Demikian juga dengan matematika. Matematika mempunyai bahasa tersendiri. Tentu,
namanya bahasa matematika.
Memang, bila kita
melihat sepintas, maka kita akan beranggapan bahwa matematika hanyalah kumpulan
rumus, simbol dan angka yang kosong dari arti. Seperti halnya yang saya tulis
pada awal tulisan ini. Itulah, barangkali anggapan sebagian orang. Itu
wajar-wajar saja. Sebab, mungkin ia belum memahaminya.
Bahasa matematika itu
sebenarnya unik. Keunikannya karena mempunyai arti yang tunggal. Maksudnya,
bahwa bahasa matematika itu memiliki makna yang berdiri sendiri (tidak bermakna
jamak, sesuai dengan semesta pembicaraan), sehingga suatu kalimat atau
pernyataan dalam matematika tidak dapat ditafsirkan bermacam-macam.
Oleh karena ketunggalan
makna inilah, bila kita berada di negara-negara lain sekali pun, kita akan
melihat bahwa penggunaan bahasa matematika yang dimaksud akan selalu sama. Barangkali,
kalau boleh saya menyebutnya, bahwa bahasa matematika itu merupakan bahasa “Internasional.”
Sebab, komunitas pengguna bahasa matematika itu bercorak global dan universal
di semua negara yang ada di dunia ini tanpa dibatasi oleh suku, agama, ras,
budaya, warna kulit atau pun bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.
Berbeda halnya dengan
bahasa yang sering kita gunakan sehari-hari. Sering sekali bahasa yang kita
pakai dalam keseharian memiliki kerancuan makna di dalamnya (multi tafsir).
Kerancuan makna itu dapat timbul, barangkali karena tekanan dalam
mengucapkannya atau pun disebabkan karena kata yang digunakan dapat
ditafsirkan dalam berbagai arti.
Namun, lain halnya
dengan bahasa matematika. Bahasa matematika berusaha dan berhasil menghindari
kerancuan arti seperti yang dimaksud, sebab setiap kalimat (istilah atau
variabel) dalam matematika sudah memiliki arti tersendiri (sesuai semesta
pembicaraan). Ketunggalan arti itu mungkin karena kesepakatan matematikawan dahulu
atau mungkin ditentukan sendiri oleh penulis di awal tulisannya. Orang lain
bisa dengan bebas menggunakan istilah atau variabel matematika yang mengandung
arti berlainan. Namun, ia harus menjelaskan terlebih dahulu di awal
pembicaraannya atau tulisannya, bagaimana tafsiran yang ia inginkan tentang
istilah matematika tersebut. Selanjutnya, ia harus taat dan tunduk menafsirkannya
seperti itu selama pembicaraan atau tulisan tersebut. Supaya tidak multi
tafsir.
Contoh sederhana,
misalnya ada sebuah pertanyaan: “lima kali dua ditambah tujuh itu berapa
ya?” Bahasa yang digunakan dalam kalimat
tersebut bermakna ambigu. Bila kita ubah ke dalam bahasa matematika, maka
terlihat seperti berikut: 5 x 2 + 7 = ? atau 5 x (2 + 7) = ?
Keduanya tentu
menghasilkan nilai yang berbeda. Yang pertama hasilnya 17, sementara yang kedua
hasilnya 45. Inilah sebabnya kita butuh matematika sebagai bahasa yang lebih
jelas dan lebih konsisten dibanding bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari.
Bahasa matematika
adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, jamak, dan
emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibuat secara
artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Suatu obyek yang sedang dikaji dapat
disimbolkan dengan apa saja sesuai dengan kesepakatan kita (antara pengirim dan
penerima pesan).
Bagi dunia keilmuan,
matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya
komunikasi yang cermat, jelas, dan tepat. Selain itu juga, bahasa matematika itu
sangat singkat. Suatu rumus yang jika ditulis dengan bahasa verbal membutuhkan
rangkaian kalimat yang panjang, di mana makin banyak kata-kata yang digunakan
maka makin besar pula peluang terjadinya salah informasi dan salah tafsir.
Sedangkan dalam bahasa matematika cukup ditulis dengan model yang sederhana
sekali.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert