Antara Artis dan Penulis
Oleh: Gunawan
Artis dan penulis
merupakan dua pekerjaan yang berbeda. Artis, umumnya berhubungan dengan dunia entertainment. Istilahnya sekarang
sebagai public figure. Sedangakan,
penulis, biasanya berhubungan dengan karya tulis.
Perbedaan lain dari
keduanya, menurut saya adalah, jika artis melakukan kesalahan (skandal),
seperti selingkuh, dan atau lainnya, tetap saja banyak orang yang mengaguminya,
bahkan membelanya. Karya-karyanya tetap saja diburu oleh para penggemarnya.
Akan tetapi, lain halnya dengan penulis. Bila penulis yang melakukan hal demikian,
tunggu saja akibatnya. Siap-siap saja karyanya masuk tong sampah. Karya-karya
selanjutnya bisa saja tidak dianggap. Bahkan, bila ada satu kalimat atau satu
kata saja yang salah dalam penulisan/pengetikan, maka komentar sana-sini pun
beragam. Pokoknya, minim apresiasilah. Kira-kira begitu.
Mungkin, wajar saja
bila seorang penulis mendapatkan komentar sana-sini, ini dan itu terkait dengan
karya tulisnya. Apalagi sampai ada yang berkomentar tentang kesalahan dalam
penulisan dan atau pengetikan, kesalahan tanda baca, tata bahasa, dan atau
lainnya. Ini juga, bisa menjadi masukan untuk perbaikan terhadap karya tulis
selanjutnya. Alasan lain juga, mungkin disebabkan karena buku itu dikonsumsi
oleh banyak orang. Maka sangatlah wajar bila ada yang mengoreksi dan mengkritiknya.
Pertanyaannya, adalah
apakah artis tidak juga demikian? Apakah setiap karya artis tidak juga
dinikmati oleh banyak orang? Bahkan, hampir setiap hari media cetak maupun
media elektronik menampilkan berita tentang dunia keartisan. Itu juga, jauh
lebih banyak konsumennya, bila kita mengukur dari hal itu. Apalagi zaman
sekarang, banyak sekali generasi kita yang lebih banyak mengidolakan artis
ketimbang penulis. Mereka (baca: generasi kita) tidak terlalu mempedulikan,
apakah artis yang menjadi idolanya berpenampilan seperti ini dan itu, bersikap
baik atau tidak. Pokoknya, tidak berpengaruh baginya. Tetap saja diidolakan.
Bila seorang artis yang
melakukan skandal, begitu banyak orang yang membelanya. Begitu banyak pengacara
yang mau mendampinginya. Karya-karyanya tidak pernah ditarik kembali dari para
konsumen dan distributornya. Tetapi, bila hal demikian dilakukan oleh seorang
penulis, maka siap-siap ia jalan sendiri tanpa ada yang mau membelanya. Mungkin
juga, ia akan secepatnya disidang dan masuk “penjara.” Karya-karyanya pun
segera ditarik dari toko-toko buku dan sejumlah konsumennya. Semua yang
berwewenang sudah pasti melakukan operasi atau razia ke sana ke mari. Dari toko
buku sampai ke penerbit.
Belum lagi seabrek
perbedaan lainnya dari kedua profesi tersebut. Pembaca sendiri, mungkin bisa
menggali dan mengkajinya sendiri berbagai perbedaan itu.
Yang ingin saya
sampaikan lewat tulisan ini adalah memang menjadi seorang penulis itu tidaklah
gampang. Kita harus siap mental. Harus siap dimaki. Harus tahan banting. Harus
siap dikritik dan dikomentari. Dan bahkan, harus siap masuk “penjara.”
Pokoknya, harus serba siap siaga.
Jadikanlah itu semua
sebagai motivasi untuk terus berkarya. Jangan cepat merasa minder. Jangan cepat putus asa, apalagi sampai tidak lagi mau
menulis sama sekali. Teruslah menulis, apa pun itu. Tidak apa-apa kita dimaki,
dihina, dimasukkan di “penjara.” Jangan pernah berhenti untuk menulis.
Percayalah, tanpa
penulis tidak akan ada karya tulis yang dibaca oleh miliaran orang di dunia
ini. Tanpa penulis, tidak akan ada berbagai tulisan yang beredar di media internet dan atau media lainnya. Tanpa
karya tulis dari penulis, tidak akan ada berbagai ide dan pemikiran yang dibaca
oleh semua elemen bangsa untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa ini. Tanpa
karya tulis yang dihasilkan oleh penulis, tidak akan ada buku-buku dan atau e-book untuk dijadikan rujukan bagi para
guru atau dosen untuk mengajar siswa atau mahasiswanya. Semuanya itu karena
adanya kontribusi penulis.
Jadi, Anda yang
berprofesi sebagai penulis, jangan berkecil hati. Justru, Anda harus bangga
menjadi seorang penulis. Teruslah berkarya. Teruslah menulis, menulis, dan
menulis! Mari kita sama-sama saling memotivasi untuk selalu dan terus menulis.
Ikatlah segala macam pengetahuan dan ilmu yang masih bertebaran dan berkeliaran
di alam sekitar. Sehingga orang lain bisa mengetahui dan menikmatinya. Cukuplah
Tuhan yang menilai kita dalam berkarya. Serahkan sepenuhnya kepada-Nya. Mari
kita berjihad lewat karya tulis!
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert