Secuil Cerita Masa Lalu
Oleh: Gunawan
Semua orang yang pernah
singgah di muka bumi, pasti mempunyai cerita masa lalu. Entah itu menyenangkan,
menyedihkan, maupun seabrek perasaan lainnya. Pasti dirasakan oleh setiap
makhluk berdasi (manusia). Demikian pula, saya. Orang bilang, bahwa masa lalu merupakan
sejarah. Saya pun mengiyakan itu. Sejarah masa lalu akan indah bila bisa
ditorehkan di atas lembaran kertas atau di dalam laptop. Sehingga akan abadi
walau diri ini sudah tiada lagi.
Bila saya mengingat
masa lalu, khususnya ketika awal mula saya berada di kota Makassar, saya selalu
merindukan mereka. Mereka adalah sahabat-sahabat yang telah berjuang
bersama-sama untuk menimba ilmu di kota Anging Mamiri tersebut, menggapai mimpi
bersama-sama, mewujudkan cita-cita bersama. Sebut saja namanya, Aksan, Muhidin,
Hamdin, Abdul Hamid, Syafruddin, Ahyar, kanda Mansyur, kanda Sahrul, kanda
Lukman, dan kanda Damrun. Kami berasal dari daerah yang sama yaitu kabupaten
Bima-NTB. Beliau-beliau inilah yang selalu mengajarkan saya banyak hal. Banyak
sekali pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh dari beliau-beliau ini.
Sebagai orang baru yang
berada di kota Daeng tersebut, tentu saya harus banyak belajar, khususnya sama
kanda Mansyur, kanda Sahrul, kanda Lukman, dan kanda Damrun, untuk memahami
kondisi di kota tersebut, masyarakat-masyarakatnya, pun juga cara beradaptasi
dan bergaul dengan mereka. Sebab, beliau berempat inilah yang menurut saya
sebagai orang tua di tanah rantauan tersebut. Beliau berempat, sudah lebih
dahulu menginjakkan kaki di kota Daeng tersebut. Kanda Mansyur, kanda Sahrul,
dan kanda Lukman, kala itu mendekati semester akhir, untuk proses penyelesaian
studi di kampusnya masing-masing. Sedangkan, kanda Damrun, sudah masuk semester
tiga. Karena itu, saya menganggap, beliau berempat sudah makan asam garam, dan
tentu sudah tahu seluk beluk bagaimana kehidupan di kotanya Pantai Losari
tersebut.
Beliau berempat jugalah
yang pertama kali mengenalkan saya ke dunia organisasi, khususnya organisasi
daerah dan beberapa organisasi eksternal dan internal kampus lainnya.
Singkatnya, beliau-beliau ini, tidak pernah bosan dan berhenti membimbing dan
mendidik saya khususnya, di kala itu. Sungguh, luar biasa jasa beliau-beliau.
Berkat didikan beliau-beliaulah, sehingga saya bisa seperti sekarang ini.
Didikan-didikan tersebut masih membekas pada diri saya sampai sekarang. Itu
merupakan suatu anugerah yang luar biasa. Terima kasih Tuhan, Engkau telah
memperkenalkan orang-orang yang hebat dengan diri ini.
Sementara, Aksan,
Muhidin, Hamdin, Abdul Hamid, Syafruddin, Ahyar, merupakan sahabat-sahabat
seperjuangan saya. Mereka adalah sama-sama baru pertama kali menginjakkan kaki
di tanah rantauan tersebut. Walau sesama angkatan, namun banyak sekali
pelajaran yang saya peroleh dari mereka.
Sebagai sesama
angkatan, tentu kebersamaan kami sungguh sangat solid. Sungguh, banyak cerita
dan peristiwa yang kami lalui bersama. Di saat suka maupun duka. Kami bertujuh kuliah
di kampus yang berbeda. Aksan dan Muhidin, di kampus yang sama. Hamdin dan
Abdul Hamdin, juga berada di kampus yang sama. Demikian pula, Syafruddin dan
Ahyar berada di kampus yang sama. Hanya saya sendiri yang berpisah seorang
diri, tanpa ada “pasangan.” Sampai sekarang pun, saya masih seorang diri.
Hehehe. Nasib, nasib.
Kami bertujuh pun,
dikader pertama kali pada satu organisasi. Sehingga, hubungan persahabatan kami
semakin erat. Ini juga bisa terjadi, karena kami bertujuh dahulu juga sama-sama
berada pada satu sekolah dasar (satu kelas). Jadi, bukan lagi sesuatu yang baru
bagi kami. Namun, persahabatan tersebut semakin terasa sekali ketika sama-sama
berada di tanah perantauan (kota Daeng) tersebut.
Mereka berenam
merupakan orang-orang yang hebat dan sungguh luar biasa. Semangatnya untuk
menuntut ilmu dan berorganisai, itulah yang membuat saya kagum dan bangga
dengan mereka. Saya sendiri banyak belajar dan menimba ilmu dari mereka.
Alhamdulillah,
berkat bimbingan dari senior-senior dan perjuangan bersama sahabat-sahabat
lainnya, akhirnya, satu tahun setelah berada di kota Makassar, kami pun
mendirikan sebuah komunitas atau organisasi. Organisasi tersebut kami dirikan,
dengan harapan sebagai wadah kami untuk mengekspresikan diri, berbagi
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari kampus masing-masing atau pun
dari organisasi lain yang kami ikuti, baik internal maupun eksternal kampus. Di
situlah, kami bisa mengeksplor terhadap apa yang kami miliki. Organisasi itu
pula yang selalu mempertemukan kami tiap minggunya walau semua memiliki
kesibukan masing-masing.
Sekarang orang yang
saya sebutkan di atas, semuanya sudah menjadi orang yang hebat dan sukses di
bidangnya masing-masing. Kanda Mansyur sejak tahun 2009 sudah menjadi PNS dan
telah mengabdi di kota Tual-Maluku, pun juga sudah berkeluarga. Kanda Sahrul,
kanda Damrun, Abdul Hamid, Syafruddin, dan Ahyar kini kembali ke kampung
halaman. Mereka mengabdikan diri untuk kampung halaman. Ada yang menjadi
perawat, dan guru.
Kanda Lukman dan
Hamdin, keduanya masing-masing mengabdi di kabupaten Gowa dan kota Makassar,
Sulawesi Selatan. Aksan, sekarang tengah menjadi dosen di Universitas
Mulawarman, Samarinda. Muhidin, sekarang tengah menyelesaikan program
Pascasarjana di salah satu universitas di Jakarta dan juga mengabdi di Jakarta.
Sungguh mereka adalah orang-orang hebat. Orang-orang yang luar biasa.
Beliau-beliau yang saya
sebutkan di atas, sebagian besar sudah berkeluarga. Hanya Muhidin dan saya saja
yang belum berkeluarga (menikah). Semoga secepatnya bisa menyusul mereka.
Semoga “tulang rusuk” yang sudah lama hilang, bisa secepatnya ditemukan.
Aamiin.
Kanda-kanda, dan
sahabat-sahabat seperjuangan, kalian adalah guru-guru saya. Terima kasih atas
pengalaman, dan pengetahuan yang kalian berikan kepada saya selama ini. Itu,
tidak akan pernah saya lupakan. Semoga amal baik kalian dibalas dengan kebaikan
pula oleh Tuhan. Semoga kita bisa bertemu kembali dalam satu forum.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert