Baik dan Benar Menurutmu, Belum
Tentu Menurut-Nya
Oleh: Gunawan
Dalam kehidupan ini,
kita pasti pernah menilai sesuatu, baik yang ada pada diri sendiri maupun yang
dimiliki oleh orang lain. Kita juga pasti mengalami dan melakukan sesuatu yang
barangkali baik dan benar menurut kita, namun penilaian itu hanya sebatas
menurut kita. Artinya, sifatnya relatif. Karena sifatnya relatif maka bisa
mengakibatkan multi tafsir.
Sesuatu yang menurut
kita sendiri itu baik dan benar, namun belum tentu baik dan benar menurut-Nya.
Sebaliknya, sesuatu yang menurut kita tidak baik dan tidak benar, boleh jadi
itu yang baik dan benar menurut-Nya. Sebab, kebenaran mutlak itu hanya
milik-Nya semata. Manusia tidak mempunyai kebenaran yang dimaksud.
Maka tidaklah elok,
bila ada di antara kita yang menganggap dirinya paling baik dan benar,
sementara orang lain ia anggap salah atau tidak benar. Kelompok yang satu
menganggap dirinya benar, sedangkan kelompok-kelompok lainnya selalu salah.
Hanya dirinyalah yang benar, sementara yang lain salah. Orang yang bergabung
dengan kelompoknyalah yang ia anggap benar, sedangkan yang tidak mau bergabung dengan
kelompoknya ia anggap salah dan “sesat.”
Padahal, sekali lagi,
belum tentu apa yang ia anggap benar dan baik itu adalah benar dan baik. Begitu
pula, sebaliknya. Bisa jadi yang ia anggap tidak baik, namun justru itulah yang
terbaik di mata-Nya.
Oleh karena itu, berhentilah
untuk selalu merasa diri paling baik, paling benar, paling suci, dan lainnya.
Mari kita sama-sama saling bermawas diri. Saling mengingatkan satu sama lain.
Yang paling penting adalah mau menerima perbedaan antara sesama. Sekali lagi,
baik dan benar menurutmu, namun belum tentu menurut-Nya.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert