Antara Kejujuran dan Kebohongan
Oleh: Gunawan
Judul tulisan ini,
sesungguhnya terinspirasi dari status salah satu teman facebook saya, yang saya baca pada Sabtu, 18 Maret 2017. Bila saya
membaca status beliau terkesan seperti seseorang yang pernah dibohongi oleh
orang lain (baca: pacarnya). Nadanya, menurut tafsiran saya, lebih kepada
persoalan dua sejoli yang sedang dirundung kasmaran, namun dibangun atas dasar
sebuah kebohongan atau sandiwara belaka. Yang pada akhirnya, kebohongan
tersebut terbongkar juga.
Menarik memang bila
saya membaca statusnya. Satu kalimat terakhirnya yang membuat saya berenung,
sehingga saya memberanikan diri untuk menuliskannya seperti ini. Kalimat
terakhir yang beliau tulis, bunyinya kira-kira seperti ini: “lebih baik kita
sakit dalam kejujuran daripada bahagia dalam kebohongan.”
Kalimat ini, bila saya
mencermatinya ternyata cukup dalam sekali maknanya. Memang betul, sesuatu yang
dibangun atas dasar kebohongan tidak akan bisa berjalan dengan mulus, bisa saja berakhir dengan rasa sakit
yang sangat mendalam dan atau barangkali
akan menyimpan rasa dendam di antara ke duanya. Sebaliknya,
bila sebuah hubungan dibangun atas dasar kejujuran, maka walaupun pahit akan
terasa manis dan bahagia.
Memang kejujuran
merupakan sesuatu yang mahal harganya. Bahkan, tidak bisa dibeli dengan apa
pun. Kejujuran mestinya harus kita tanamkan pada setiap pribadi kita, dalam
keadaan dan kondisi apa pun. Kejujuran tidak boleh kita obral demi kesenangan
sesaat. Sebab, kejujuran adalah kehormatan tertinggi yang dimiliki oleh
seseorang. Bila nilai kejujuran sudah hilang dari diri seseorang, maka
kehormatan dan harga dirinya sudah tiada artinya lagi.
Maaf, di sini saya
tidak bermaksud untuk menggurui siapa pun. Tetapi, paling tidak, mari kita
sama-sama saling bermawas diri, saling introspeksi diri. Apakah dalam hidup ini
kita lebih banyak melakukan kebohongan atau kejujuran? Tentu jawabannya, hanya
diri kita sendiri dan Tuhan saja yang mengetahuinya secara pasti.
Memang betul, bahwa
tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa.
Pasti, pasti, dan pasti setiap orang pernah melakukannya. Dalam keadaan sadar
maupun tidak. Salah satunya, barangkali berbohong.
Namun, bila dalam
keseharian, kita lebih banyak melakukan kebohongan maka segeralah introspeksi diri,
sebelum maut menghampiri kita. Mari kita sama-sama selalu perbaharui dan
perbaiki kualitas diri kita. Kita hiasi diri masing-masing dengan sifat jujur,
walau itu pahit dan sulit. Sehingga kemudian kita bisa hidup berdampingan
secara harmonis dengan yang lainnya.
Hidup ini akan terasa
indah, bila dibangun atas dasar kejujuran dan saling percaya satu sama lain.
Sebaliknya, hidup ini bisa hancur seketika, bila dibangun atas dasar kebohongan
dan tidak saling percaya satu sama lain. Bila kita mencintai sesuatu, maka
cintailah sesuatu yang dimaksud atas dasar kejujuran, bukan sebaliknya, malah
dibungkus dengan kebohongan, kepalsuan, atau sandiwara belaka.
Wallahu a’lam.
Ditulis pada Minggu, 19 Maret 2017
Share This :
comment 0 comments
more_vert