Oleh: Gunawan
Senin, 28 Agustus 2017,
aku bergegas ke suatu tempat yang penuh inspirasi dan juga dipenuhi berbagai
butiran ilmu yang tak bisa dihitung, saking banyaknya. Ya, setelah kurang lebih
dua bulan lamanya, baru kali ini lagi aku bisa berkunjung ke toko buku. Sedih
rasanya karena aku tak seperti biasanya. Lazimnya, minimal sekali dalam
seminggu, aku pasti menyempatkan diri untuk menyantap berbagai ragam buku di
toko buku. Sebenarnya, tak ada alasan yang begitu penting mengapa aku sudah
jarang lagi ke toko buku.
Dan, pada dasarnya aku
meringankan langkah ke toko buku tersebut hanya untuk mencari beberapa buku
pesanan temanku. Sebenarnya, sudah lama beliau menyuruh dan meminta bantuanku,
namun sebelumnya aku belum sempat. Oleh karena padatnya jadwal aktivitasku. Ah,
sok sibuk…hehehe.
Aku berangkat setelah
melakukan salat zuhur secara berjamaah di masjid. Setiba di toko buku, aku
langsung bergegas mencari ke sana kemari tentang buku yang dibutuhkan oleh
temanku itu.
Di toko buku pertama
dari deretan toko-toko buku, karena tak ada buku yang kucari tersebut, aku
kemudian menyempatkan dan menghabiskan waktu sekitar satu jam pertama untuk
sekadar membaca saja buku-buku yang tertata rapi di raknya. Tentu, aku minta
izin dulu kepada pemilik/penjualnya, siapa tahu tak diizinkan membaca gratis.
Eh, ternyata bisa juga. Asyik. Maklumlah, aku belum bisa mengoleksi dan
membelinya, oleh karena kantong sedang mengalami “kekosongan dan kekeringan.”
Curhat ceritanya nih. Hehehe.
Satu jam pertama sudah
kuhabiskan waktu sekadar untuk membaca, kemudian aku beranjak ke toko buku
sebelahnya lagi. Sama seperti di toko buku sebelumnya, aku pun belum beruntung.
Ya, buku yang kucari, lagi dan lagi tak ada, bahkan penjaganya belum pernah
mendengar judul buku yang dimaksud.
Sama seperti di toko
buku sebelumnya, aku juga sempat menikmati beberapa menit dari buku-buku baru
yang kulihat itu. Ingin sekali memilikinya, namun isi kantong sedang tak
bersahabat. Semoga suatu waktu aku bisa memilikinya.
Hemat cerita, lama
kucari, baru bisa kutemukan. Satu per satu toko buku kumasuki dan kusapa
penjaganya, tak satu pun yang menjual buku tersebut, kecuali toko buku yang
paling akhir. Memang agak langka buku yang kucari tersebut. Aku pun beruntung,
karena masih bisa mendapatkannya, walau stok terakhir (sisa).
Seperti yang kukatakan
di atas, aku sendiri belum sempat membeli berbagai buku yang kubutuhkan dan
kuinginkan tersebut. Aku hanya mencoba membacanya terlebih dahulu, kendati
belum tuntas.
Aku iri dengan para
pengunjug lainnya yang selalu menenteng beragam buku dan memilikinya. Kiri
kanan kulihat, hanya aku seorang yang menikmati buku secara gratis (baca:
membacanya saja), sementara yang lainnya langsung mengeluarkan fulus untuk
membelinya. Aku betul-betul iri melihat mereka yang memasukkan puluhan bukunya
ke tasnya masing-masing. Tapi, tenang. Bukankah sejak dulu, dirimu Gun
berkunjung ke berbagai toko buku hanya untuk membacanya saja (tak sampai
membeli)? Hehehe.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert