Oleh: Gunawan
Menjadi seorang yang
mampu bersikap adil itu bukanlah suatu hal yang gampang, menurut saya. Apalagi
bagi seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Dalam hal memenuhi hak dari
masing-masing orang yang dipimpin saja, sikap adil itu susah, namun bukan
berarti tidak bisa diterapkan. Sikap tidak memihak atau tidak berat sebelah ini,
memang butuh banyak belajar agar bisa diimplementasikan dalam suatu organisasi.
Jangankan sebagai
pemimpin dalam suatu organisasi, bagi diri sendiri saja, sikap adil itu kadang
susah diterapkan. Saya yakin Anda paham apa yang saya maksud.
Untuk menjadi pemimpin
yang adil dalam suatu organisasi, maka ia harus peka terhadap semua orang yang
dipimpin, harus banyak mendengar dan bersikap terbuka, sehingga dalam
memutuskan suatu kebijakan atau keputusan bisa dinikmati oleh seluruh orang
yang dipimpinnya, tanpa ada salah satu pihak yang dirasa menguntungkan atau pun
dirugikan. Hematnya, semua harus sama dinikmati tanpa ada rasa kecewa di salah
satu pihak.
Namun, kenyataannya di
lapangan, agak susah menemukan pemimpin yang benar-benar bersikap adil dalam
arti yang sesungguhnya. Kita bisa lihat pemimpin-pemimpin dari berbagai organisasi
tertentu, khususnya yang ada di Indonesia. Dalam memutuskan suatu kebijakan
atau regulasi tertentu, ada saja yang merasa dirugikan. Di sisi lain, tidak
sedikit juga pihak yang mendapatkan “sesuatu” yang lebih.
Bahkan, dalam kaitannya
dengan kepemimpinan dalam skala daerah, hampir tidak ada kepala daerah yang
mampu berbuat adil terhadap rakyatnya. Tidak sedikit juga kepala daerah yang
dalam membuat suatu regulasi atau kebijakan tertentu hanya menguntungkan
kolega, kerabat dekat, atau orang yang mendukungnya di kala kampanye dahulu.
Mungkin ada yang mengatakan bahwa ini sebagai bentuk “balas jasa”, namun ia lupa
bahwa masyarakat yang dipimpinnya bukan hanya yang pro dengannya melainkan juga
yang kontra. Semuanya itu harus dirangkul dan diberikan hak yang sama dan
seadil-adilnya, tanpa memandang bulu.
Ya, pemimpin itu harus
adil. Tidak boleh membedakan antara si A dan si B. Tidak boleh berat sebelah. Tidak
boleh yang satu dianakemaskan, sementara yang lain dianaktirikan. Semuanya
harus diperlakukan sama. Semuanya harus mendapatkan hak yang sama. Sebab,
mereka juga merupakan bagian dari orang yang dipimpin.
Semoga kita semua bisa
menjadi pemimpin yang mampu berbuat atau berlaku adil bagi seluruh orang yang
dipimpin. Tanpa terkecuali atau tanpa pilih kasih.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert