Oleh: Gunawan
Agar kebenaran bisa
masuk dalam diri kita, maka jalan keluarnya adalah kita harus mau membuka diri.
Kebenaran yang datang dari luar akan mudah diterima oleh seseorang bilamana
orang yang dimaksud tidak menutupi dirinya, siap menerima perbedaan yang ada.
Dan juga, kebenaran yang datang dari luar (tokoh lain) akan mudah masuk dan
diterima oleh seseorang manakala ia tidak terlalu fanatik terhadap tokoh-tokoh
tertentu yang diidolakannya.
Sikap merasa diri
benar, dan yang lain salah, inilah salah satu yang membuat hidup kita tidak
bisa harmonis. Merasa diri benar dan orang lain yang berseberangan dengannya
selalu salah, adalah sikap yang seharusnya tidak boleh kita pelihara. Sebab,
itu sudah menunjukkan kita sebagai orang yang sombong. Apakah kita mau menjadi
teman Iblis?
Kita harus banyak
belajar, agar kita semakin berdewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Belajar
dari banyak sumber, jangan hanya dari satu sumber, apalagi kalau satu sumber
yang dimaksud hanya pada yang diidolakan. Semakin banyak referensi atau sumber
belajar yang dipelajari maka wawasan kita akan semakin bertambah, sehingga
menjadikan kita semakin bijak dan arif dalam menyikapi setiap perbedaan. Bila
kita banyak belajar dan juga dari sumber yang beragam, maka sikap fanatik atau
“memuja” tokoh-tokoh tertentu pastinya tidak akan terlalu berlebihan.
Sekali lagi, menurut
saya, keengganan belajar dari berbagai sumber (di luar yang diidolakannya),
itulah yang menyebabkan seseorang sulit menerima masukan dan kebenaran yang
datang dari luar idolanya. Jika hal itu sudah melekat pada diri seseorang, maka
tinggal lihat saja efek sampingnya. Bukan tidak mungkin ia akan menyerang
orang-orang yang berseberangan dengannya dengan kata-kata yang kurang enak
didengar, senang menghujat orang lain, senang menebar kebencian, menebar berita
hoax, dan lainnya. Bukankah hal yang
seperti ini adalah sesuatu yang negatif dan tidak baik?
Oleh karena itu,
berpikir dan berhati-hatilah sebelum kita bertindak dan berucap. Jangan sampai
kita menjadi orang yang terlalu fanatik terhadap sesuatu atau tokoh-tokoh
tertentu, apalagi sampai tidak mau mengakui kebenaran yang datang dari luar
tokohnya, misalnya. Pokoknya, jangan terlalu fanatiklah. Lebih baik hiasi diri
dengan banyak belajar dari berbagai sumber (walau itu berseberangan dengan
kita), agar kita semakin berdewasa dalam menyikapi berbagai persoalan. Justru
dengan hanya belajar dari satu sumber (hanya dari tokoh idola saja), itulah
yang membuat kita semakin sempit dalam berpikir. Bukankah ilmu Tuhan itu luas
dan tidak hanya terdapat pada satu sumber saja?
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert