Oleh: Gunawan
Rabu, 19 Juli 2017,
kurang lebih pukul 22.00 WIB, saya sempat membaca salah satu status atau
postingan teman facebook saya, bahwa ada orang katanya ketika menonton salah
satu acara di stasiun televisi, ia melempar televisinya dengan benda yang berat
hingga kaca televisinya pecah, lantaran tidak suka dengan omongan salah satu
narasumber di acara televisi tersebut. Lebih lanjutnya lagi, narasumber yang
tidak disukai oleh si pemirsa (penikmat acara TV) tersebut sudah pasti bukan
idolanya.
Inilah seperti yang
saya katakan pada tulisan saya sebelumnya, bahwa salah satu efek samping
daripada sifat kefanatikan yang berlebihan terhadap tokoh tertentu adalah
memunculkan dan atau dapat menimbulkan kebencian terhadap orang atau tokoh yang
bukan idolanya. Sungguh, saya sangat prihatin, bila banyak masyarakat kita
sudah sampai ke level ini. Saling membenci, saling memaki antara satu sama
lain, lantaran beda fans, beda idola.
Lagi-lagi, ia merasa bahwa orang yang diidolakannyalah yang selalu benar. Apa
pun ucapan dan tindakannya selalu didukung.
Beginilah realita yang
terjadi di lapangan. Banyak orang yang selalu memuja dan mengidolakan si C,
misalnya. Apa pun tindakan dan ucapannya seolah-olah semuanya benar secara
mutlak, padahal ia lupa bahwa orang yang diidolakannya tersebut adalah hanya
manusia biasa, bukan malaikat. Yang artinya, potensi untuk melakukan kesalahan
juga sudah pasti ada. Parahnya lagi, orang yang terlalu fanatik terhadap
tokoh-tokoh tertentu, bukan hanya orang awam melainkan banyak di antaranya
orang yang berpendidikan tinggi.
Kita boleh-boleh saja
mengidolakan si D, misalnya. Sebab, hal seperti ini adalah hak masing-masing
pribadi. Namun, jangan sampai terlalu fanatik kepada si D, lantas membuat kita
menutup diri dan tidak mau menerima kebenaran dan masukan yang datang dari luar
si D. Bukankah kebenaran itu bisa saja datang dari orang-orang yang barangkali
menurut kita berada di bawah kita atau yang tidak sepaham dengan kita?
Mari kita membuka diri.
Belajar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegera dengan baik dan benar. Bangun
dan perkuatlah persaudaraan di antara sesama. Jangan sebaliknya, malah mau
memunculkan kebencian dan pertikaian yang tidak berujung, hingga akhirnya
persaudaraan menjadi semakin renggang.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert