Oleh: Gunawan
Beberapa hari lalu,
saya ditanya oleh salah seorang teman terkait dengan kebiasaan dan rutinitas
saya dalam menulis. Salah satu pertanyaan yang beliau lontarkan adalah masalah
waktu yang saya gunakan untuk menulis. Kapan dan berapa jam setiap harinya?
Saya pun menjawabnya.
Saya katakan, “bahwa tidak ada waktu khusus bagi saya untuk menulis. Kadang
pagi hari. Kadang siang hari. Kadang juga di malam hari. Saya hanya bisa
memanfaatkan waktu kosong. Pun juga, ketika muncul ide tiba-tiba. Durasinya
tidak terlalu lama. Untuk satu judul tulisan (artikel singkat), rata-rata tidak
lebih dari dua puluh menit. Sebab, saya hanya menulis bebas. Mengenai jumlah
judul tulisan setiap harinya, tidak menentu. Kadang saya bisa menulis sampai
enam judul tulisan (artikel singkat) setiap harinya, alhamdulillah. Namun, yang
jelas tiap harinya, saya harus menulis minimal satu artikel singkat.”
Lanjut saya, “untuk
tulisan yang berhubungan dengan jurusan saya waktu kuliah S1 (Matematika) dulu,
saya tidak pernah menargetkan berapa jam yang dibutuhkan untuk menulis.
Pokoknya, saya hanya menulis sesuai dengan kemampuan. Pun juga, masalah banyak
halaman, saya tidak pernah menargetkannya. Kadang bisa menghasilkan satu
halaman, dua, tiga, dan seterusnya. Waktunya pun sama. Tidak menentu. Kadang di
pagi hari, siang, atau malam hari.”
Untuk tulisan jenis
kedua ini, memang memakan waktu yang agak lama. Sebab, ini berhubungan dengan
pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Apalagi terkait dengan masalah
matematika dan pendidikan. Tentu dalam aktivitas menulisnya, saya harus
“hati-hati.” Kendati demikian, saya tetap bisa menjalankannya. Saya tetap
menikmatinya. Memang nuansanya sedikit berbeda dengan menulis bebas (free writing).
Teman saya tersebut
lanjut bertanya. Bagaimana cara Anda mengatur waktu sehingga bisa menulis rutin
tiap harinya? Saya katakan, sebenarnya sederhana saja. Semuanya harus bermula
dari niat. Semuanya harus bersumber dari hati. Saya dulu memang berkomitmen,
salah satunya yaitu berbagi dan berdakwah lewat tulisan. Tentu, karena saya
memilih jalan itu, maka saya harus menyisihkan sedikit waktu dan membiasakan
diri untuk menulis, menulis, menulis. Hanya itu kuncinya. Agar dakwah saya
tetap lancar, maka saya harus menulis. Walau hal yang sederhana. Tanpa saya
mencoba untuk terus menulis, maka dakwah saya akan berhenti di tengah jalan.
Memang, rasa “malas dan
bosan” kadang bisa datang tiba-tiba. Akan tetapi, bila tangan ini dipaksa terus
(sudah memegang pulpen dan atau menyalakan laptop), rasa malas dan bosan itu
akan hilang dengan sendirinya. Barangkali, perasaan yang satu ini dialami juga
oleh para penulis lainnya. Hal ini wajar-wajar saja. Namanya manusia.
Menutup pembicaraan
singkat dengan seorang teman tersebut, saya mencoba mengatakan sesuatu. “Saya
percaya, bahwa segala bentuk aktivitas, bila didasari atas rasa cinta yang
tulus, insya Allah akan membuahkan hasil yang baik. Tentu juga akan
mendatangkan manfaat dan keberkahan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain,
insya Allah. Termasuk menulis. Menulis yang didasari atas rasa cinta, akan
membuahkan hasil yang baik pula. Menulis yang didasari dengan kecintaan, akan
mudah dan terasa enteng. Sebab, kita mencintainya. Silakan dibuktikan sendiri!”
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert