“Sesuatu” Dibalik Belajar
Matematika
Oleh: Gunawan
Dahulu,
ketika saya masih duduk di bangku SD, banyak orang yang tidak suka dengan
pelajaran matematika. Bahkan, ketika saya kuliah pun, masih ada yang
beranggapan begitu. Wajarlah, mungkin karena mereka belum tahu dan paham, apa
itu sesungguhnya matematika. Ada yang beranggapan bahwa pelajaran matematika
itu menyeramkan dan menakutkan. Kok segitunya? Berarti lebih seram daripada
“makhluk halus”, ya. Hehehe. Ada juga yang beranggapan, bahwa matematika itu
lebih seram dari Ujian Skripsi. Hmmm.
Baiklah,
para pembaca yang baik hati. Saya akan mencoba menepis berbagai anggapan
tersebut. Lewat artikel singkat ini, saya tidak akan membahas yang berkaitan
dengan operasi-operasi dalam matematika, rumus-rumus, atau angka-angka. Nanti
Anda akan bosan membacanya. Tetapi, saya akan mencoba mengajak para pembaca
untuk melirik lebih dalam lagi, bahwa ada sesuatu di balik kata “matematika.”
Saya
rasa kita semua sudah pernah belajar matematika mulai dari sekolah dasar sampai
ke sekolah menengah, bahkan mungkin sampai ke perguruan tinggi. Tahukah Anda,
bahwa pelajaran matematika yang kita dapatkan dahulu waktu sekolah masih
merupakan bagian terkecil (secara tersurat) saja?
Ada
salah satu definisi matematika, yang mungkin semua orang sudah mengetahuinya.
Definisi tersebut adalah bahwa
matematika merupakan ilmu pasti. Misalnya, satu di tambah satu sama dengan dua.
Ini dalam konteks teori bilangan. Kok jadi membahas masalah operasi tambah sih?
Hehehe. Tenang, tenang. Perhatikan kedua kata “ilmu pasti!” Dari sini saja,
sudah tampak jelas bahwa matematika membicarakan yang real (pasti). Ia tidak
membicarakan sesuatu yang tidak fakta, apalagi yang hoax.
Oke,
saya akan memberikan beberapa contoh lagi. Dalam pelajaran matematika, suatu
rumus atau dalil atau formula, tak bisa diterima begitu saja nilai kebenarannya
tanpa dibuktikan terlebih dahulu. Maksudnya, bahwa suatu rumus dikatakan benar
apabila sudah melewati proses pembuktian. Makanya, semua rumus yang ada dalam matematika,
sudah melewati proses pembuktian. Unik kan. Itulah matematika.
Sejatinya,
orang yang pernah belajar matematika tak akan mau menerima apalagi langsung
percaya begitu saja terhadap informasi yang beredar tanpa ditelusuri terlebih
dahulu kebenarannya. Orang boleh saja meragukan kebenaran suatu pernyataan
tertentu dalam matematika. Tetapi, sekali lagi, satu hal yang pasti bahwa
pernyataan atau dalil-dalil dalam matematika bernilai benar bilamana pernyataan
atau dalil-dalil tersebut dapat dibuktikan atau ditunjukkan kebenarannya. Ini
berarti, tidak ada dusta dalam matematika. Mungkin, kalau kita analogikan ke
dalam karakter manusia. Ini merupakan bagian dari sifat jujur (siddiq) dan dapat dipercaya (amanah).
Orang
yang belajar matematika adalah orang yang sabar. Buktinya, misalnya ketika
seseorang diberikan soal perhitungan. Ia begitu sabar mengerjakan soal tersebut
langkah demi langkah baru mencapai hasil. Bukan langsung memperoleh hasil tanpa
melewati proses yang panjang dan berurutan. Sehingga, dengan demikian sikap
sabar pun tertanam dalam dirinya.
Matematika
mengajarkan seseorang untuk bersikap konsisten (istiqomah). Tidak percaya? Baiklah, saya akan mencoba menjelaskan.
Misalnya, dalam penggunaan notasi, matematika juga konsisten. Jika di awal penulisan
kita menetapkan A dan B masing-masing menotasikan pernyataan satu dan
pernyataan dua, maka dalam penulisan ke bawahnnya (selanjutnya) juga harus
menggunakan notasi atau simbol tersebut untuk menotasikan pernyataan yang sama.
Matematika
juga bisa membuat seseorang untuk berpikir kreatif. Karena memang dalam menyelesaikan persoalan matematika, banyak
cara/jalan yang harus ditempuh. Tidak hanya berfokus dengan satu metode
penyelesaian masalah.
Karena
banyak jalan/cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan setiap persoalan
dalam matematika, maka dari sini muncul sikap untuk saling menghargai satu sama
lain. Saling menghargai antara pendapat si A dan si B. Antara pendapat si C dan
si D, dan seterusnya. Tidak saling menyalahkan satu sama lain. Apalagi sampai
memfitnah satu sama lain. Hehehe. Cara yang ditempuh boleh beragam atau berbeda
asalkan mencapai tujuan atau hasil yang sama. Itulah, matematika.
Asyik
kan, matematika. Sebenarnya, masih banyak lagi “sesuatu” yang bisa diperoleh
dari belajar matematika. Anda mungkin bisa menggalinya sendiri. Jadi, mulai
dari sekarang mari kita melihat segala sesuatu jangan hanya tampilan fisik atau
yang nampak oleh mata kepala saja, akan tetapi mari kita coba menggali
kira-kira apa saja hal-hal yang tersirat (yang tak bisa dilihat oleh mata
kepala). Sehingga, apa pun yang kita pelajari tidak terbuang cuma-cuma.
Wallahu a'lam.
Ditulis pada hari Kamis, 19 Januari 2017
Share This :
comment 0 comments
more_vert