Gotong Royong Ala Masyarakat Desa
Oleh: Gunawan
Penduduk
Indonesia dikenal sebagai penduduk yang ramah di mata bangsa lain. Di samping
itu juga, Indonesia terkenal dengan budaya gotong royong, khususnya di
pedesaan. Budaya gotong royong sangat kental dengan masyarakat desa. Gotong
royong (solidaritas sosial) merupakan bentuk kepedulian atau keprihatinan
seseorang terhadap orang lain, sehingga ia rela memberikan waktu, tenaga atau
pikirannya untuk orang lain. Budaya inilah yang masih dipegang oleh masyarakat
desa di Indonesia pada umumnya. Sebagai contoh, di desa tempat saya berasal
(Bumi Pajo, Donggo-Bima).
Biasanya,
ketika ada salah satu tetangga yang sedang membuat/membangun rumah (sebagai
tempat tinggal), pasti tetangga-tetangga di sekitarnya tidak tinggal diam.
Mereka berbondong-bondong datang untuk membantu mulai dari anak-anak sampai
orang tua. Mereka akan membantu dan tidak mengharapkan upah sama sekali.
Singkatnya, jika terdapat suatu kegiatan yang diadakan oleh si A misalnya, yang
lainnya turut serta untuk membantunya. Entah itu membantu dengan materi,
pikiran, maupun tenaganya. Sungguh, mulia hati mereka. Mau membantu dan berbagi
antar sesama.
Contoh
lain, ketika ingin membangun/merenovasi tempat ibadah. Yang terlihat adalah
semangat mereka untuk bekerja sangat luar biasa. Mulai dari anak-anak sampai
orang tua semuanya pasti ikut terlibat. Bahkan, yang membuat saya bangga
terhadap kebiasaan masyarakat desa adalah para perempuan juga ikut andil.
Remaja putri dan ibu-ibu, biasanya menyediakan makanan untuk para lelaki yang
bekerja tersebut. Namun, ada juga yang membantu mengangkut pasir, batu bata,
dan bahan materil lainnnya. Dengan adanya budaya gotong royong ini, maka
hubungan persaudaraan dan kekeluargaan di antara mereka pun semakin terjalin
harmonis.
Saya
membayangkan, bagaimana seandainya kebiasaan-kebiasaan tersebut dilakukan oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Tak terkecuali masyarakat kota (karena memang
budaya gotong royong di masyarakat kota sekarang kelihatannya sudah mulai luntur).
Sungguh indah dan bahagia rasanya. Jika hal demikian bisa direalisasikan dan
menjadi kebiasaan, maka bisa jadi gejala-gejala, seperti: kekerasan, sikap apatis (acuh tak acuh), siapa lho siapa
gue, dan lainnya bisa diminimalisir bahkan mungkin tidak ada.
Dalam
ajaran Islam bahwa sikap seperti ini, sebenarnya telah dianjurkan. Islam
mengajarkan, agar setiap manusia untuk saling tolong-menolong dalam hal
kebaikan. Hal demikian, jelas sekali diterangkan dalam Surat Al-Maidah, ayat 2,
sebagai berikut: “Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” Sungguh ajaran yang sempurna.
Tentu
secara pribadi, saya berharap semoga desa mampu menjadi penjaga pilar kejayaan
Pancasila dengan tetap menjaga semangat kegotong-royongan di dalam kehidupan
bermasyarakatan yang sekarang sudah masuk era modernisasi.
Wallahu a’lam.
Ditulis pada tanggal 25 Januari 2017
Share This :
comment 0 comments
more_vert