Banyak orang yang
menginginkan sesuatu yang berkualitas tapi harganya murah. Barangkali, ada juga
orang yang menginginkan sesuatu tanpa dibayar. Istilahnya sekarang adalah yang
gratisan.
Budaya gratisan ini, sudah
mengakar juga di Indonesia. Lihat saja, ketika ada acara konser musik, maunya
yang gratis. Ketika ada acara nonton bola di stadion, maunya yang gratisan.
Bahkan, ketika ada teman yang punya karya, maunya minta gratis. Semuanya,
menginginkan serba gratis. Jangan-jangan semua keperluan dan kebutuhan dalam
hidupnya menginginkan yang serba gratis pula.
Menurut saya, “budaya
gratisan” semestinya tidak boleh terjadi. Karena, dapat menyebabkan masyarakat
kita yang konsumtif. Budaya yang seperti ini juga menyebabkan tidak adanya
bentuk apresiasi kepada orang yang mempunyai karya. Kasihan juga orang yang
mempunyai karya, bila tidak dihargai. Semestinya, kita harus merasa bersyukur
dan berterima kasih kepada mereka (baca: kreator/produsen). Barangkali, tanpa
karya mereka, kita tidak bisa menikmati atau memenuhi kebutuhan dan keinginan
kita sehari-hari.
Di zaman yang sekarang
ini, mana ada sesuatu yang berkualitas tetapi serba gratis. Semuanya pasti
butuh dana dan atau pun lainnya untuk mendapatkannya. Budaya gratis juga
sebenarnya menandakan masyarakat yang tidak produktif. Maunya saja menjadi
konsumen, ia tidak pernah mau mencoba menjadi produsen atau kreator. Ia belum
merasakan bagaimana susah dan pahitnya menciptakan sebuah karya.
Contoh sederhana,
penulis buku. Untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang bernama buku, seorang
penulis sudah pasti menghabiskan banyak waktu, tenaga, bahkan dana. Belum lagi
pikirannya terkuras, barangkali juga tidak bisa tidur, karena memikirkan ini dan
itu.
Dari segi waktu saja,
seorang penulis baru bisa menghasilkan satu buku, bisa memakan waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Prosesnya, mulai dari mencari dan
mengumpulkan informasi, data, proses menulis, mengedit, sampai ke tahap
penerbitan, barangkali juga sampai ke tahap menjual karyanya sendiri. Tentu
proses ini sudah pasti juga membutuhkan modal.
Bila
Anda hanya menginginkan sesuatu yang gratis saja (misal, karya tulis), maka
cobalah dulu menjadi seorang penulis. Bagaimana rasanya, begadang
berbulan-bulan/bertahun-tahun, “bertapa”, terkurasnya tenaga dan pikiran, dan
lainnya.
Tidak
perlu banyak buku yang dihasilkan. Cobalah Anda menulis satu buku saja. Anda
pasti akan merasakan bagaimana pedih dan susahnya.
Oleh
karena itu, sudah seharusnya Anda menghargai setiap karya orang lain, minimal
dengan cara tidak memintanya secara gratis. Kecuali, kalau orang yang punya
karya tersebut memberikan kepada Anda secara gratis.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert