Oleh: Gunawan
Seringkali kita melihat
dan membaca tulisan seseorang, yang barangkali menurut kita kurang bagus.
Namun, kita sendiri belum sepenuhnya sadar, bahwa kita belum tentu bisa menulis
seperti tulisan orang yang kita baca. Ironisnya, ada juga orang yang menilai
tulisan seseorang yang dibacanya kurang bermutu. Kita lupa esensi atau inti
dari tulisan yang kita baca. Kita lupa, kira-kira hikmah apa yang bisa dipetik
dari tulisan yang kita baca tersebut.
Kita hanya disibukkan
untuk menilai bagus atau tidaknya tulisan seseorang. Bermutu atau tidaknya.
Bahkan, barangkali ketika membaca tulisan yang penuh dengan untaian motivasi
dan hikmah sekali pun, kita seolah-olah tidak pernah sadar akan hal itu.
Menilai suatu bacaan,
bukan hanya dilihat dari bagus atau tidaknya tulisan. Layak atau tidaknya
tulisan seseorang untuk dibaca. Namun, lebih dari itu. Kita harus mampu melihat
lebih jauh, bahwa tulisan yang kita baca pasti punya dasar dan mengandung
hikmah tersendiri.
Sekali lagi, setiap
tulisan yang dihasilkan oleh seseorang, menurut saya, pasti punya hikmah
tertentu. Jelek atau bagusnya tulisan seseorang, itu adalah persoalan selera
pembaca saja. Namun, jangan hanya berhenti sampai di situ saja. Kita perlu
tahu, kira-kira pelajaran apa yang bisa diperoleh atau dipetik dari tulisan
yang kita baca tersebut.
Bahkan, tulisan sampah
sekali pun, pasti mempunyai hikmahnya bagi siapa pun yang membacanya. Asalkan,
pembacanya mau menelisik. Sebagai contoh, misalnya tulisan yang mengandung “fitnah.”
Dari tulisan yang mengandung “fitnah” ini, bisa kita ambil pelajaran (hikmah). Maksudnya,
bahwa bukan “kepalsuan atau fitnah” tulisannya yang kita nilai, akan tetapi
kita harus bisa menginterpretasikan, bahwa sifat kepalsuan atau fitnah itu
tidak baik untuk kita pelihara.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert