Oleh: Gunawan
Mendengar kata
“bernyanyi”, sebagian besar orang pasti merasa senang. Apalagi di kalangan
muda-mudi. Sebab, bernyanyi identik dengan mereka. Barangkali, ada yang suka
menyanyikan lagu pop, dangdut, keroncong, dan lainnya.
Menyanyikan lagu, saya
yakin, ini merupakan perkara yang sangat mudah, khususnya di kalangan anak
muda. Bahkan, anak TK dan SD sekali pun sudah akrab dengan lagu-lagu. Apalagi
buat anak SMP dan SMA. Barangkali, ini merupakan santapan hariannya.
Begitu cepat seseorang
bisa menghafal lirik lagu dan menyanyikannya. Serasa tidak ada beban sama
sekali. Namun sebaliknya, lain halnya denga menulis. Tidak sedikit orang yang
merasa dan beranggapan, bahwa menulis itu susah. Padahal, menulis itu
sebenarnya seindah kita bercerita. Menulis itu seindah kita bernyanyi. Ya,
begitulah menulis, seperti halnya seseorang yang menyanyikan sebuah lagu walau
tanpa diiringi dengan musik. Mudah dan tidak sulit.
Persoalan menyanyi
adalah persoalan merangkai kata dalam balutan emosi (perwujudan fisik dari
pengekspresian emosi melalui pita suara). Bukankah, menulis juga dekimian? Ya,
betul. Menulis itu tidak ada bedanya dengan bernyanyi. Menulis adalah merangkai
huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan dari paragraf menjadi beberapa paragraf.
Sehingga lahirlah sebuah tulisan yang utuh, bahkan menjadi buku.
Seseorang yang bisa
bernyanyi, karena dia sering berlatih. Begitu pula dengan menulis. Seseorang
akan bisa menulis, bila ia terus berlatih. Latihan dalam menulis, tentu dengan
langsung menulis, menulis, dan menulis.
Ayo, menulis. Menulis
itu asyik. Menulis itu menyenangkan. Menulis itu seperti Anda bercerita.
Menulis itu membuat hati dan pikiran Anda terasa tenang. Menulis itu dapat
membantu pikiran Anda tetap positif, jauh dari prasangka negatif, jauh dari
sifat sombong, dan berbangga diri. Insya Allah. Menulis itu seindah Anda
bernyanyi. Pokoknya, menulis itu “sesuatu.”
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert