Oleh:
Gunawan
Menulis, menurut saya, bukan persoalan bakat. Sebab,
walaupun seseorang mempunyai bakat menulis, namun kalau ia tidak bersegera
untuk menulis maka tidak akan bisa melahirkan sebuah tulisan. Seorang penulis
tidak lahir dari orang tuanya yang penulis. Tapi seorang penulis lahir dari
kemauan dan tekad yang kuat untuk menulis, menulis, dan menulis. Karena menulis
merupakan persoalan keterampilan.
Banyak penulis terkenal di Nusantara ini menelurkan
karya tulisnya bukan karena mereka punya bakat menulis. Tetapi, sekali lagi,
itu adalah karena mereka punya kemauan dan tekad yang kuat untuk mengabadikan
dirinya lewat tulisan. Pun juga mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk
berbagi inspirasi, cerita, pengetahuan, dan pemikirannya lewat karya tulis.
Alhamdulillah, saya pun demikian. Orang tua saya
bukanlah seorang penulis. Orang tua saya hanyalah seorang petani. Saya pun
tidak punya bakat untuk menulis. Dengan kata lain, bahwa menulis bukanlah bakat
saya yang sebenarnya. Bahkan, sampai saat ini, saya sendiri masih
bertanya-tanya, bagaimana saya bisa menulis seperti sekarang ini? Namun, karena
saya mempunyai keinginan yang kuat untuk berbagi lewat karya tulis, maka tidak
ada cara lain, melainkan menulis, menulis, dan terus menulis. Itu yang selalu
saya lakukan. Yaitu, mencoba untuk menulis, menulis, dan menulis.
Jujur, pada awalnya menulis bagi saya merupakan
sesuatu yang sulit. Namun, anggapan tersebut muncul ketika saya belum mencoba
untuk menulis. Anggapan tersebut terbantahkan ketika saya langsung ke
praktiknya (baca: langsung menulis). Dan ternyata, menulis itu tidak sesulit
seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya. Menulis itu sungguh sangat asyik
dan menyenangkan. Menulis itu hanya butuh tindakan nyata. Tidak perlu banyak
berteori.
Sebenarnya, belajar menulis itu ibarat seseorang
yang sedang belajar berenang. Orang yang ingin bisa berenang tidak akan bisa
berenang bila ia hanya membaca atau mempelajari cara berenang secara teori
melulu. Kalau ia mau belajar dan ingin bisa berenang, maka sejatinya ia harus
langsung menyeburkan dirinya ke kolam renang atau sejenisnya.
Menulis juga demikian. Iya, menulis hanya butuh aksi
nyata. Tidak perlu banyak berteori atau mempelajari teori ini dan itu tentang
kepenulisan. Walaupun segudang teori yang kita ketahui dari berbagai bahan
bacaan, tidak akan bisa menghasilkan karya tulis manakala kita tidak bersegera
untuk memulai menulis dari sekarang juga.
Sekali lagi, untuk bisa menulis hanya butuh tindakan
nyata. Contoh sederhana, seseorang yang langsung praktik atau belajar menulis, pasti
lebih cepat bisa menulis daripada orang yang belajar dan atau hanya membaca
puluhan buku tentang teori kepenulisan tanpa memulai untuk belajar menulis.
Memang, persoalan teori juga penting, namun semua
itu tidak akan berarti apa-apa manakala tidak bersegera untuk merealisasikan
atau mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Itu hanya akan berhenti dan berputar
sampai di kepala atau otak kita saja.
Wallahu
a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert