Damrun

Oleh: Gunawan

Lelaki inspiratif yang satu ini merupakan orang yang sangat sederhana. Tutur katanya begitu menyejukkan hati. Lembut dan santun. Sehingga, tak heran, khususnya saya pribadi sangat mengagumi kepribadiannya.

Saya mengenal beliau sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kakak kelas saya satu tingkat. Meskipun waktu itu, saya belum terlalu akrab dengannya.

Keakraban saya dengan beliau semakin kelihatan kala menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Ya, kami satu sekolah, tepatnya di SMAN 1 Kempo, Dompu. Sempat juga tinggal bersamanya di dalam satu kamar kos selama satu tahun.

Di sinilah saya sangat salut dengannya. Ia merupakan orang yang suka sekali membaca. Tiap kali saya melihatnya di kamar kos, di tangannya selalu ada buku yang ia pegang. Isi buku yang ia pegang, semaksimal mungkin ia akan menghafalnya. Usai salat berjamaah di masjid dekat kos-kosan, dirinya juga tak lupa untuk membaca Alquran. Saya sendiri, dulu, masih belum bisa mengikuti kebiasaan beliau yang begitu mulia itu.

Ada beberapa momen juga yang masih membekas di ingatan saya hingga kini. Pernah suatu waktu, pulang dari sekolah, kami diajak oleh salah satu guru kami untuk datang membantu menanam pohon jati di kebunnya. Tanpa berpikir panjang, kami langsung mengiyakan ajakan tersebut. Pikir kami, mumpung masih ada waktu untuk membantu sang guru, maka kami pun langsung berangkat. Kegiatan yang demikian dan jenis lainnya juga tak hanya sekali, melainkan berulang kali, dan tak hanya satu guru juga. Bagi kami sebagai anak petani yang berasal dari desa, hal demikian sudah biasa kami lakukan sedari kecil.

Putra asli dari desa Bumi Pajo yang bernama Damrun ini memang begitu patuh. Jangankan disuruh oleh guru-gurunya, diajak oleh warga di sekitar tempat tinggal juga untuk membantu dalam hal apa pun, tak pernah ia tolak. Demikian seingat saya.

Atas kebaikan hati dan suka membantu sesama itulah, maka dalam hal makanan dan minuman di kos, hampir tak pernah repot. Ada saja tetangga dan warga sekitar yang datang mengantarkan makanan. Apalagi saat Ramadan tiba, mulai dari sahur sampai buka puasa, ia selalu mendapatkan rezeki, utamanya persoalan lauk-pauk dan sayur, hampir tak pernah masak sendiri.

Kesungguhan dalam hal menuntut ilmu dan belajar sudah tak diragukan lagi. Seperti yang saya uraikan sebelumnya, akibat gemarnya membaca buku, sehingga tiap semester ia selalu masuk dalam peringkat lima besar.

Satu lagi yang membuat saya kagum dengan sang pemuda yang lahir dari keluarga sederhana ini, adalah saat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Dengan beraninya ia mengambil jurusan Keperawatan, sementara basic-nya waktu SMA adalah di jurusan IPS. Namun, baginya, itu bukanlah suatu hambatan untuk meraih cita-citanya. Meskipun tak memiliki dasar di bidang IPA, namun akhirnya ia juga dinyatakan diterima sebagai salah satu mahasiswa di jurusan Keperawatan.

Pastinya, tak henti sampai di situ. Perjuangannya masih panjang dan tak gampang. Kurang lebih selama empat tahun, ia harus berurusan dengan nuansa yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan masa seragam putih abu-abu. Ia harus mulai dari awal. Pembelajaran dasar yang kaitannya lebih menjurus ke IPA, mau tidak mau, ia harus menguasainya. Jika tidak, maka ia pasti akan berhenti di tengah jalan.

Akan tetapi, berkat kegigihan dan kesungguhan dalam belajar, semuanya mampu ia lewati. Bahkan, usai menyelesaikan studi S-1 Keperawatan, ia pun bertekad dan memantapkan diri untuk melanjutkan studinya ke Profesi Ners. Lagi dan lagi, ia berhasil juga memakai toga untuk yang kedua kalinya.

Bagi beliau, tak ada yang tak mungkin. Apa pun yang menjadi impian kita, jika kita mau mewujudkannya dengan cara berusaha semaksimal mungkin, sembari memohon dan meminta petunjuk pada Ilahi, maka impian tersebut pasti akan terwujud. Inilah prinsip yang dipegang oleh beliau.

Saya pribadi banyak belajar dari beliau. Mulai dari kedisiplinan, kesederhanaan, dan kesungguhan dalam melakukan sesuatu. Meskipun tak bisa sepenuhnya seperti beliau, namun setidaknya percikan inspirasi dan motivasi darinya, sedikit demi sedikit bisa mengubah diri yang penuh noda dan dosa ini.

Wallahu a’lam.

Share This :