Oleh: Gunawan
Sabtu, 27 Mei 2017 (1
Ramadhan 1438 H), setelah shalat Subuh, saya menerima telepon dari salah
seorang teman lama. Beliau menginformasikan, bahwa ada satu kabar duka yang
menimpa salah satu sahabat saya ketika SD di kampung dulu. Kabar duka yang
dimaksud adalah bahwa ia telah meninggal dunia setelah melahirkan anak
pertamanya. Sontak saya kaget mendengar berita duka tersebut. Tapi itu sudah
menjadi takdirnya. Ia meninggal dunia setelah melahirkan anaknya.
Dulu juga saya pernah
mendapatkan informasi tentang meninggalnya salah satu keluarga saya di kampung.
Tepatnya, Rabu, 4 Januari 2017. Informasi tersebut awalnya saya peroleh ketika
membaca salah satu status facebook
yang diposting oleh teman di kampung. Status itu saya baca sekitar pukul 21.37
WIB.
Keesokan harinya
(pagi), almarhumah pun dimakamkan di TPU terdekat. Sebagai suatu kebiasaan
orang-orang di kampung saya, bahwa selesai jenazah dikuburkan atau dimakamkan,
biasanya dilanjutkan dengan doa. Dan hal yang tak terduga, suami dari almarhumah
tersebut ketika sedang memanjatkan doa tiba-tiba ia menghembuskan nafas
terakhir. Seketika itu pula ia menyusul istrinya yang baru saja dikuburkan.
Sungguh rahasia Allah yang tak ada satu orang pun mengetahuinya. Pada hari yang
sama beliau juga dikuburkan dan di TPU yang sama pula.
Kita doakan, semoga almarhum dan
almarhumah husnul khatimah. Pun
juga, seluruh saudara yang telah mendahului kita. Aamiin.
Inilah rahasia Allah
yang tidak bisa kita cegah. Tidak ada seorang pun yang bisa mengelakkannya. Ya,
itulah yang namanya kematian. Kematian
merupakan akhir dari kehidupan seseorang di dunia dan menuju pada kehidupan
yang abadi yang bernama Akhirat.
Kematian merupakan
suatu kepastian. Tak akan meleset meski hanya sedetik. Namun demikian, tak ada
yang perlu dikhawatirkan dalam kematian. Karena setiap ciptaan Allah SWT di
bumi ini pasti akan mengalami yang namanya kematian.
Tak ada satu pun
makhluk yang bisa lolos dari namanya kematian. Siapa pun ia pasti akan
mengalami kematian. Apakah ia seorang pejabat, petani, pedagang asongan, tukang
parkir, dan sebagainya, semuanya akan mengalami kematian. Sebagaimana
dijelaskan oleh-Nya dalan surat Al-Ankabut: 57, bahwa “setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian….”
Namun, tak ada yang
tahu pasti kapan ia datang dan di mana ia akan datang. Itu sudah menjadi
rahasia dari-Nya. Hanya Dia-lah yang tahu. Sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Qur’an surah Lukman: 34, “…Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati….”
Satu hal yang harus
selalu kita ingat, yaitu jangan sampai kita terlena pada kehidupan dunia yang
fana, kehidupan yang serba menipu. Dengan demikian, mestinya setiap saat kita
harus memposisikan diri dalam kerangka bahwa hidup di dunia ini tidaklah kekal.
Kehidupan di dunia hanyalah semu, sehingga kita mengisinya dengan amal saleh,
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT, serta
selalu mencari ilmu dunia dalam kerangka ibadah.
Mari kita perbanyak
bekal sebagai persiapan kita untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya.
Kehidupan yang abadi untuk selama-lamanya. Kehidupan yang telah dijanjikan oleh
Allah SWT, yaitu Akhirat. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari.
Pastikan bahwa setiap langkah kaki kita, setiap tarikan napas kita, segala
bentuk aktivitas dan kegiatan keseharian kita selalu bernilai ibadah di
sisi-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.
Sekali lagi, mestinya
kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT harus selalu mengingat kematian yang
tidak bisa diterka kapan datangnya. Mengingat kematian dalam arti mempersiapkan
diri secara maksimal dengan memperbanyak amal saleh.
Setiap detik pasti ada
orang yang meninggal dunia dan pasti setiap detik juga pasti ada bayi baru yang
dilahirkan. Begitulah perputaran rutin kehidupan di dunia ini. Yang hidup akan
mati, yang pergi akan digantikan dengan yang baru. Kita di dunia adalah
bagaikan seorang musafir yang singgah sebentar berteduh di bawah sebatang
pohon. Kemudian ia akan meneruskan perjalanannya ke alam kubur.
Antara syarat
kemenangan dan kejayaan seseorang hamba ialah mempersiapkan diri menghadapi
kematian dan menyadari bahwa dirinya akan menjadi penghuni kubur. Tetapi banyak
di antara kita yang mengabaikan peringatan dan ancaman yang berbahaya ini.
Kalau pun kita mengingat tentang kematian, biasanya itu hanya dilakukan dengan
sambil lalu. Mengapa hal seperti ini berlalu? Hal ini dikarenakan hati kita yang
terlalu cinta dan sibuk dengan perkara duniawi, sehingga menyebabkan hati
menjadi keras, tidak peka, dan gelap dari cahaya. Sekali lagi, bahwa kita,
semuanya akan kembali kepada-Nya. Mari, kita sama-sama memperbanyak amal saleh
sebagai bekal kita menuju alam Abadi.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert