Oleh: Gunawan
Dalam kehidupan
sehari-hari, tentu kita sudah sering mendengar orang yang jago dalam hal
berteori. Ada juga yang lihai dalam berpraktik. Selain itu, kita juga
mendapatkan seseorang yang jago berteori, pun juga lihai dalam praktik. Yang
ketiga ini merupakan tipologi manusia yang hebat, menurut saya. Namun, tipe
orang yang ketiga ini, tidak terlalu banyak kita saksikan. Justru, yang banyak
kita saksikan adalah orang yang jago dalam berteori (berbicara), namun minim
dalam praktik. Bahkan, ada juga yang lihai dalam berargumen, namun sama sekali
tidak ditindaklanjuti atau dibarengi dengan praktik. Istilahnya, “tong kosong nyaring bunyinya.”
Kita bisa lihat di
berbagai kegiatan. Misalnya, di sebuah organisasi. Ada saja yang pintar
berbicara, namun hanya berbicara saja tanpa dilaksanakan. Ini biasanya muncul
ketika ada semacam rapat atau sejenisnya. Ide-ide yang dikeluarkannya sangat
hebat dan brilian, namun ide-ide tersebut tidak pernah ia laksanakan.
Barangkali, ini juga sangat cocok dengan satu ungkapan dalam bahasa Inggris,
yaitu no action talk only (NATO).
Di kehidupan masyarakat
juga, sering kita saksikan orang yang “berceramah” atau berbicara bak orator
ulung, namun semuanya hanya omong kosong belaka. Ia hanya menyuruh orang lain
untuk melakukan ini dan itu, namun ia sendiri sama sekali belum pernah
melakukannya. Orang lain yang disuruh dan diperintah, sementara ia sendiri
tidak pernah melakukannya, mungkin juga ia melanggarnya.
Saya jadi teringat
dengan salah satu ungkapan yang dikatakan oleh salah satu orang yang paling
berpengaruh di dunia, yaitu Mahatma Gandhi. Beliau pernah berkata: “satu ons praktik lebih berharga daripada
satu ton teori.” Bila kita menggunakan rumus matematika, maka 1 ton =
10.000 ons. Dari perhitungan sederhana ini, jelas sekali perbandingan adalah 1
berbanding 10.000. Artinya, bahwa satu kali praktik lebih baik dan berharga
daripada sepuluh ribu kali teori. Begitu dahsyatnya praktik, sehingga Mahatma
Gandhi pun berkata demikian.
Abdurrahman bin Amr bin
Yahya Al-Auza’i atau yang biasa dikenal dengan Imam Al-Auza'i pernah berkata, “bahwa sesungguhnya orang mukmin itu sedikit
ngomong dan banyak kerja (amal), sedangkan orang munafik banyak omong dan
sedikit kerja.” Ngeri memang, bila kita memaknai perkataan Imam Al-Auza’i
tersebut. Sungguh rugi memang, bila seseorang hanya pandai dan jago berteori
(berbicara), namun minim dalam implementasi (praktik). Apalagi sampai mulutnya
hanya berbusa saja, tanpa ada realisasi sama sekali dari apa yang
dibicarakannya. Sungguh, merugilah orang itu.
Semoga kita semua bisa
menjaga mulut kita dalam berbicara. Kita usahakan apa pun yang kita bicarakan,
tidak hanya omong kosong belaka. Kita usahakan, apa pun yang kita katakan bisa kita
realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita hanya pandai
berbicara, namun tidak pandai atau minim dalam bekerja (praktik). Lebih baik
kita sedikit bicara, namun banyak bekerja (praktik). Ini menurut saya, jauh
lebih baik.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert