Oleh: Gunawan
Menulis sampai bisa
menghasilkan satu buku selama hidup adalah sesuatu yang sangat mudah, bila kita
mau mewujudkannya. Ya, gampang sekali. Tidak perlu banyak tulisan yang
dihasilkan dalam sehari. Cukup setengah halaman sehari. Jadi, jika bisa
dilakukan secara rutin tiap hari maka dalam setahun kurang lebih bisa
menghasilkan tulisan 182 halaman. Artinya, dalam setahun saja bisa menerlurkan
satu buku dengan tebal 182 halaman (belum di-layout). Bukankah ini suatu capaian yang luar biasa? Ini baru
setengah halaman setiap hari.
Jujur, sejak awal
kuliah, memiliki buku mandiri minimal satu buku sepanjang hayat adalah salah
satu impian saya. Dan, impian tersebut berhasil saya wujudkan, bahkan melebihi
dari target saya sebelumnya. Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya, tentu
karena saya mewujudkan atas apa yang menjadi mimpi saya tersebut, yaitu dengan
bersegera menulis.
Saya juga pernah
berkhayal. Jika satu mahasiswa mampu menelurkan satu buku saja selama ia
menempuh studi di perguruan tinggi, maka kita bisa lihat bagaimana luar
biasanya mahasiswa-mahasiswa yang bersangkutan. Pada saat wisuda di suatu
perguruan tinggi dalam satu periode, misalnya 2000 mahasiswa, dan dalam waktu
itu juga diumumkan ada 2000 buku yang dihasilkan oleh mahasiswanya tersebut,
sungguh sedap didengar dan indahnya pendidikan kita. Namun, sekali lagi, ini
hanyalah pengandaian dan khayalan saya saja.
Sesungguhnya ini bisa
diwujudkan, bilamana dalam diri setiap mahasiswa punya kesadaran dan keinginan
untuk berbagi lewat tulisan. Dosen juga harus ikut andil. Dosen harus mampu
memberikan contoh kepada mahasiswanya, tak hanya datang di kampus untuk
mengajar, melakukan pengabdian kepada masyarakat, dan melakukan riset. Dosen
harus bisa mendorong dan memotivasi mahasiswanya agar mampu menulis dan
menelurkan buku.
Saya pribadi merasa
bangga, bahagia, dan bersyukur bila mendengar rekan-rekan mahasiswa yang
produktif dalam berkarya tulis. Tentu yang seperti ini tidak banyak kita jumpai
dan/atau temui di perguruan tinggi. Jangankan perguruan tinggi swasta,
perguruan tinggi negeri dan ternama sekalipun di Indonesia ini, hanya
segelintir mahasiswanya yang mampu berkarya tulis, khususnya buku. Dengan kata
lain, lebih besar persentasenya yang tidak menulis buku ketimbang yang menulis
dan melahirkan buku.
Kebanyakan mahasiswa
yang saya lihat, hanya jago dalam berorasi, berargumen, dan melakukan diskusi
dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebaliknya, minim dalam berkarya tulis
yang bernama buku. Padahal, bila ide, gagasan, pemikiran, dan aspirasinya
tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan dan dibukukan, atau dimuat di berbagai
media cetak, maka bisa saja itu akan langsung dibaca dan diimplementasikan oleh
para pemimpin negeri ini. Di samping itu juga, berbagai ide, gagasan dan
pemikirannya tersebut akan mengabadi dan dikenang sepanjang masa.
Akibat tidak dibiasakan
menulis apalagi sampai menelurkan buku di kalangan mahasiswa, sehingga dalam
membuat makalah saja, misalnya, bisanya hanya copy paste dari internet
dan/atau media lainnya. Tidak ada kreasi sama sekali, apalagi buah pikir
aslinya. Barangkali ada juga di antara kalangan mahasiswa di mana isi
makalahnya persis sama, hanya nama dan sampulnya yang berbeda. Apalagi jika ada
mahasiswa yang menjiplak karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, dan/atau
disertasi) orang lain. Bila demikian benar-benar terjadi, maka sungguh
ironisnya pendidikan kita.
Oleh karena itu,
khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa, mari kita biasakan menulis, apa pun
itu. Kita bisa menulis ide dan berbagai pemikiran kita. Hasil diskusi kita dari
organisasi ke organisasi, mari kita abadikan dan ikat dengan tulisan.
Pengalaman yang kita alami atau yang dialami oleh orang lain, bisa juga kita
tulis. Hematnya, apa pun yang kita lihat, dengar, rasa, alami, dan yang dibaca,
sebaiknya kita tuliskan itu semua, agar bisa dinikmati oleh publik. Mari, mulai
dari sekarang, kita tanamkan dalam pribadi kita masing-masing, bahwa kita harus
mampu menelurkan minimal satu buku selama studi atau sepanjang hayat. Yuk,
jangan hanya teriak-teriak dan berorasi di jalanan. Tulis dan bukukan berbagai
pemikiran atau harapan kita, agar bisa menyebarluas dan bisa diketahui oleh
banyak orang.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert