Oleh: Gunawan
Sebuah tulisan akan lahir bila ada yang
melahirkannya. Tulisan akan ada bila seseorang mau menuliskannya. Bahasa
lainnya, adalah tidak mungkin tulisan ada dengan sendirinya bilamana tak ada
orang yang menuliskannya. ***
Dahulu, ketika awal
belajar menulis, saya lebih fokus menulis sesuai dengan disiplin ilmu yang saya
tekuni. Meskipun sesekali juga sempat menulis seperti artikel-artikel singkat
di luar jurusan yang saya geluti. Ada banyak naskah yang sempat saya tulis, dua
di antaranya berhasil saya terbitkan.
Setelah lama belajar
dan berproses, saya pun mencoba menulis sesuatu yang berbeda sedikit demi
sedikit (selain dari kebiasaan), tentunya sesuai dengan yang saya sukai dan
senangi. Mulai dari cerita pengalaman hidup, sesuatu yang saya rasakan, kisah
inspiratif yang pernah saya temui/lihat atau pun dengar, saya berusaha untuk
mengabadikannya.
Bagi saya, menulis “apa
pun” itu tidak ada yang sia-sia. Akan ada manfaatnya. Meskipun kita sendiri tak
merasakan faedahnya, bisa jadi itu bernilai guna dan menginspirasi orang lain.
Kita tidak pernah tahu akan hal itu. Namun, itu semua akan terjadi bila kita
mau memposting atau menyebarluaskan tulisan kita, misalnya di Facebook atau
media sosial lainnya. Minimalnya seperti itu. Bila perlu bisa diterbitkan
menjadi buku agar lebih banyak yang menikmatinya, baik dalam bentuk buku fisik
maupun e-book.
Kita tak perlu ragu
untuk menulis di luar kebiasaan atau jurusan yang kita geluti. Asalkan itu
bernilai positif dan memberikan dampak kebaikan bagi orang lain. Guru
Matematika tak harus menulis masalah matematika saja. Guru Sejarah tak harus
menulis permasalahan sejarah melulu. Begitu pula dengan jurusan yang lainnya.
Jika kita mempunyai ide
untuk menulis di luar itu, maka tulis saja dan abadikan itu semua. Apabila kita
merasa mampu untuk menulis berbagai pengetahuan dan/atau pengalaman yang
diperoleh, apa pun jenisnya, tak ada salahnya kita menuliskannya. Siapa tahu
tulisan yang kita tulis dan kemudian kita share
nantinya dapat memberikan dampak yang signifikan dan mengubah kehidupan seseorang
menjadi lebih baik. Jadi, tak usah berkecil hati dan minder apalagi sampai
berhenti menulis lantaran ada orang yang berkata “guru ekonomi, kok nulisnya
bukan masalah ekonomi,” misalnya.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert