Oleh: Gunawan
Sesungguhnya
ada banyak perasaan yang saya alami dan rasakan ketika mencoba belajar dan berbagi
lewat tulisan. Ada bahagia, tentunya. Bahagia ketika setiap serpihan cerita
dan/atau pengetahuan usai/tuntas ditulis. Senang di kala tulisan bisa dinikmati
oleh orang lain. Terlebih ketika menyaksikan dan mendengar bahwa banyak sahabat
saya yang termotivasi untuk belajar dan berbagi lewat tulisan.
Sekarang
pun ada satu komunitas yang saya bina telah menerbitkan satu karya antologinya.
Saya betul-betul merasa bahagia dan bersyukur kepada Tuhan. Memang, tak satu
pun pekerjaan dan usaha yang sia-sia, menurut saya. Semuanya tentu membuahkan
hasil, meskipun kadang tak bisa dirasakan dan dinikmati secara langsung
efeknya. Tetapi yang jelas akan ada gunanya.
Meski
demikian, di balik rasa senang, bahagia, suka dan cerianya kita, sedikit banyak
akan tampak orang yang tak suka dengan karya-karya kita. Percayalah. Namun,
itulah memang risiko nyata menjadi penulis. Kita harus siap siaga.
Sebaik
dan sebagus apa pun tulisan kita, akan muncul orang yang suka nyinyir,
mencemooh, dan lain-lain. Bahkan, ada juga yang tukang kritik tulisan orang
lain, namun bila disuruh menulis dan menelurkan buku sendiri, selalu punya
alasan, sibuk ini, sibuk itu, padahal ia memang tak bisa menulis. Ya, bisanya
hanya mengkritik tulisan orang. Parahnya lagi, apabila si penulis mencoba
menulis yang berbeda dari kebiasaan rutinnya, di sinilah akan muncul
orang-orang yang beranggapan aneh dengan si penulis tersebut, bahkan ada yang
memfitnahnya. Dan, saya sendiri sudah pernah mengalami hal yang demikian.
Kurang
lebih satu bulan terakhir ini, saya mencoba menulis sesuatu yang berbeda, lain
dari kebiasaan rutin saya, out of the box,
ternyata banyak sekali cobaan dan tantangan. Cobaan dan tantangan tersebut
bukan persoalan bagaimana menemukan ide dan kemudian dikembangkan menjadi tulisan
demi tulisan. Atau, bagaimana merancang draf dan/atau konsep tulisan tersebut
di alam pikiran. Bukan itu. Melainkan banyak penikmat/orang yang tak suka
(baca: haters) dengan cara saya
menulis yang demikian.
Tak
sedikit orang yang menyindir, memaki, mencemooh,
memfitnah, bahkan ingin mematikan kreativitas saya. Ada yang menyerang saya
dari kiri kanan, atas bawah, muka belakang, baik secara langsung maupun tak
langsung. Tapi, itu semua tak akan membuat diri ini cengeng apalagi sampai berhenti
menulis. Bagi saya, apa pun cara atau jurus yang mereka keluarkan, itu sama
sekali tak mempan bagi saya.
Apa
pun cara orang untuk mematikan kreativitas dan menghentikan saya untuk menulis,
tak akan membuat saya gentar dan mundur. Sebab, menulis adalah hidup dan mati
saya. Menulis adalah salah satu ladang saya untuk berbagi kepada sesama.
Meski
demikian, saya tetap berterima kasih kepada haters
yang suka nyinyir, mencemooh, memaki, memfitnah, dan/atau lainnya. Sebab, tanpa
mereka juga, barangkali saya tak akan bersemangat untuk menulis dan melahirkan
buku demi buku. Mungkin, ini juga cara Tuhan menguji saya. Tuhan mau melihat
sampai sejauh mana kemampuan saya untuk belajar dan berbagi lewat tulisan.
Wallahu a'lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert