Oleh: Gunawan
Beberapa waktu lalu,
tengah malam, sepulang dari warung internet (warnet), saya melihat seorang
lelaki tua (kakek) yang sedang tertidur pulas di depan sebuah toko penjual
pakaian. Sepertinya sang kakek tersebut, terlihat sangat menikmati indahnya
malam itu. Tidurnya hanya beralaskan karung bekas dan selembar sarung yang
membungkus badannya.
Saya pun sejenak diam
dan berhenti di dekat tempat tidur kakek tersebut. Ceritanya, saya mau ambil
gambar atau memfotonya, namun saya lupa bawa HP.
Suara bising sepeda
motor di jalan raya, barangkali tak didengarnya, lantaran keasyikan tidur. Saya
merasa memang beliau sangat menikmati tidurnya itu, padahal di atas tanah yang
hanya beralaskan selembar karung bekas. Beliau begitu menikmati malam itu. Ya,
hidup ini akan terasa nikmat, manakala kita mau mensyukuri dan menikmatinya. Saya
yakin, sang kakek tersebut memegang prinsip yang satu ini, yaitu bersyukur apa
adanya.
Lantas, bagaimana dengan
kehidupan kita sehari-hari? Barangkali, tak sedikit di antara kita yang
memiliki rumah yang begitu mewah, kasur yang sangat empuk, dan berbagai
pernak-pernik isi rumah, namun tak bisa menikmati tidurnya di malam hari.
Banyak diliputi perasaan gelisah, tak nyaman, tak tenang, sehingga sampai pagi
pun tak bisa pejamkan mata.
Banyak juga di antara
umat manusia yang mempunyai harta yang berlimpah ruah, beragam mobil yang
harganya ratusan juta, memiliki pekerjaan yang mapan, dan seterusnya, namun tak
bisa merasakan keberkahan dan kenikmatan dari apa yang dimilikinya itu.
Melainkan, hanya beban pikiran saja. Bahkan, barangkali juga dari kesemua
miliknya itu enggan untuk mensyukurinya, sehingga semakin jauh dengan Sang
Pemilik Segalanya. Kalau sudah begini jadinya, maka hidupnya bisa saja kacau,
tak tenang, risau, pikiran tak karuan, mungkin juga akan bunuh diri. Sungguh
merugilah kalau hidup kita benar-benar seperti ini, kurang mau mensyukuri
terhadap apa yang dimiliki.
Oleh karena itu, mari,
apa pun yang kita miliki, disyukuri saja. Nikmati saja apa adanya. Kita bisa
belajar dari sang kakek seperti yang saya ceritakan di atas. Meskipun hanya
beralaskan karung dan tidur di halaman toko (di atas tanah), namun beliau bisa
menikmatinya. Sebab, saya yakin, beliau mensyukuri dan menikmati itu semua.
Sehingga, tidurnya pun seolah tidur di tempat yang begitu empuk nan sejuk.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert