Oleh: Gunawan
Hidup di tanah
perantauan, jauh dari keluarga, adalah sesuatu. Apa yang belum dialami di
lingkungan keluarga, bisa saja terjadi di tempat rantau. Demikian juga
sebaliknya, yang tidak pernah terjadi di lingkungan keluarga, bisa saja terjadi
di tanah perantauan. Dan, itu pernah saya alami.
Hidup jauh dari
keluarga itu, punya sejuta cerita. Pokoknya, ada saja cerita atau pengalaman
yang unik dan menarik untuk dibahasatuliskan. Barangkali, yang pernah saya
lakukan ini, pernah juga dialami oleh orang lain, khususnya teman-teman
mahasiswa. Hehehe.
Setelah beberapa tahun
berada di tanah rantau, dulu, saya kemudian tinggal berdua dengan adik kandung
saya. Ia menyusul saya untuk menimba ilmu di tempat yang sama. Sebelumnya, saya
hanya tinggal di Sekretariat salah satu organisasi yang saya masuki.
Saya masih ingat betul,
bahwa di kos baru tersebut, kami hanya memiliki ricecooker sebagai tempat untuk mengubah beras menjadi nasi. Itu
satu-satunya. Tak ada kompor dan peralatan lainnya.
Oleh karena tak ada
kompor, mau tidak mau, untuk memasak sayur dan juga menggoreng ikan kering
terpaksa menggunakan ricecooker.
Hehehe. Luar biasa, itu saya lakukan bersama adik saya (Furqan). Barangkali,
kalau untuk memasak/merebus sayur, hal yang biasa saja. Namun, bagaimana kalau
digunakan untuk menggoreng ikan kering?
Saya pun penasaran dan
ingin mencobanya. Itu terpaksa saya lakukan, sekali lagi, oleh karena tak ada
kompor. Sementara, ikan kering banyak sekali yang sengaja dikirim oleh orang
tua di kampung. Mulailah saya beraksi. Memasukkan sedikit minyak goreng.
Hehehe. Hasilnya luar biasa. Tidak seperti dugaan awal. Tidak seperti digoreng
dengan bantuan kompor. Ya, ikan yang semulanya keras dan kering, namun setelah
digoreng menggunakan ricecooker
berubah menjadi lembek. Hehehe. Hal seperti ini seringkali saya lakukan kala
itu. Begitulah kehidupan “mahasiswa,” apa pun bisa terjadi. Inilah cerita saya
yang tak berbobot.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert