Oleh: Gunawan
Tak satu pun manusia di
muka bumi ini yang sama persis. Dari segi apa pun, pasti akan ada perbedaan.
Sedikit pun pasti ada. Mulai dari gaya bicara, postur tubuh, bentuk fisik,
model rambut, warna kulit, bersikap, memberikan opini, dan lain-lain.
Adanya perbedaan ini
merupakan suatu keniscayaan, sebab di sinilah tugas kita untuk saling memahami,
mengerti, dan saling mengisi. Adanya perbedaan ini tentu akan membuat hidup
akan semakin berwarna. Dan warna itu akan indah dipandang mata manakala
beragam, bukan hanya satu warna. Pelangi indah dilihat oleh karena beragam
warna. Sebuah taman bunga akan jauh lebih enak dan sedap dilihat jikalau
bunganya bervariasi.
Demikian juga dengan
manusia. Setiap jiwa pasti mempunyai perbedaan, walau hanya sedikit. Misalnya
saja terkait dengan cara pandang dalam menyikapi sesuatu. Tak satu pun yang
sama persis. Dalam menuturkan opini atau pandangannya saja, sudah tentu akan
berbeda. Apalagi kalau itu dibahasatuliskan. Tidak mungkin satu orang sama
persis dengan orang lain dalam menyampaikannya di atas lembaran kertas atau di
dalam laptop. Mulai dari tata bahasa, ejaan, diksi, tanda baca, pasti akan ada
yang berbeda. Bahkan, bila diberikan satu topik yang sama sekali pun, namun
bila disuruh memberikan argumen atau menulis sesuatu dari tema tersebut, saya
yakin seratus persen, tiada seorang pun yang sama hasilnya. Jangankan sampai
satu halaman, satu paragraf pun, saya yakin akan ada perbedaan.
Itulah uniknya manusia.
Tak ada yang sama. Beda orang, beda kepala. Yang pada akhirnya, pandangannya
terhadap sesuatu pun akan berbeda.
Perbedaan itulah yang
membuat hidup ini menjadi lebih hidup. Meskipun ada orang yang mengatakan atau
memaparkan sesuatu itu adalah “objektif”, namun tetap saja ada unsur subjektif
jika hal itu dalam pandangan orang lain. Makanya tak heran muncul berbagai
perdebatan, diskusi, atau apa pun namanya, yang kadang tak kunjung usai. Saya
berpendapat, kalau itu masih dalam bentuk opini, tak mungkin bisa disamakan,
melainkan hanya bisa dicari jalan keluar yang bijak agar bisa saling memahami
dan mengerti. Sebab, setiap orang sangat mungkin akan mempertahankan
pendapatnya masing-masing.
Saya masih ingat kata
salah satu dosen saya, dalam hal penulisan karya ilmiah. Beliau mengatakan
bahwa tidak mungkin antara satu peneliti/mahasiswa dengan yang lainnya
mempunyai tulisan yang sama persis. Dua halaman saja mustahil bisa sama seratus
persen. Jikalau itu ada yang sama persis, maka sudah bisa dipastikan murni
contekan atau copy paste tulisan
orang lain, tanpa diedit sedikit pun. Belum lagi yang lainnya.
Jadi, menurut saya,
sudah sangat jelas bahwa setiap orang pasti berbeda antara satu dengan yang
lain. Setiap orang punya cara pandang sendiri terhadap “sesuatu.” Oleh karena
demikian, tugas kita adalah belajar untuk saling menghargai atas berbagai
perbedaan itu. Belajar untuk saling memahami. Belajar untuk saling mengisi.
Sehingga, dengan perbedaan itu akan menjadi suatu rahmat.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert