Oleh:
Gunawan
Menjadi seorang penulis merupakan salah satu impian
saya ketika awal masuk kuliah. Namun, kala itu hanya sekadar impian belaka.
Belum ada tindakan nyata yang saya lakukan demi menggapai mimpi tersebut. Sama
sekali belum ada usaha untuk mewujudkannya.
Kesadaran untuk mulai belajar menulis dan mewujudkan
impian menjadi penulis muncul berkat saya sering membaca karya tulis
orang-orang yang bertebaran di toko-toko buku dan perpustakaan. Juga, berkat
adanya motivasi dari kedua orangtua, teman-teman di kampus, dan teman-teman di berbagai
organisasi sebagai tempat saya belajar dan menimba ilmu.
Saya sempat berenung seketika di kala membaca buku
waktu itu, bahwa orang yang punya karya tulis ini dulunya pasti memiliki impian
yang sama seperti saya. Yaitu, ingin menjadi penulis. Ingin menebar kebaikan
melalui karya tulis. Ingin berdakwah lewat tulisan.
Memang betul, bahwa untuk mewujudkan impian tersebut
harus berusaha semaksimal mungkin, dan segera dilaksanakan. Tanpa itu, sekali
lagi, tidak mungkin bisa terwujud. Mulailah kala itu, saya mencoba menulis
sedikit demi sedikit. Saya berusaha untuk menulis walau memang awalnya agak
berat dan harus dipaksakan.
Seiring berjalannya waktu, saya pun sedikit terbiasa.
Ya, walau masih sederhana dan belum bisa rutin. Kurang lebih tujuh bulan,
naskah buku perdana berhasil saya selesaikan. Jujur, saya sendiri tidak
menyangka bisa menghasilkan tulisan sebanyak itu, meski masih sebatas naskah.
Tetapi, bagi saya itu sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Sebab, impian
saya menjadi penulis, paling tidak sudah mulai terlihat.
Untuk mengasah kemampuan menulis, pada tahun 2013,
saya mencoba mengikuti salah satu Program Unggulan Rektor UIN Alauddin
Makassar, yaitu Gerakan Seribu Buku. Yang saya ikuti kala itu adalah GSB Tahap
III, sebab GSB Tahap I dan GSB Tahap II, berturut-turut sudah dilaksanakan pada
tahun tahun 2011, dan 2012. Program yang dimaksud merupakan program penulisan
buku, khusus untuk masyarakat kampus UINAM, baik untuk dosen, staf, maupun
mahasiswa. Dalam hal ini, tidak ada pengelompokkan. Misalnya, antardosen,
antarstaf, atau antarmahasiswa. Semuanya, berkompetisi dalam satu arena (tanpa
dikotak-kotakkan).
Setelah diseleksi dan diverifikasi oleh panitia via online, proposal saya diterima. Judul
naskah buku yang rencana saya tulis (dalam proposal) kala itu adalah “Tanya Jawab Seputar Masalah Matematika.”
Namun, di tahap terakhir saya dinyatakan gugur. Yang lolos kala itu, didominasi
oleh Profesor dan Doktor. Seingat saya, tidak ada satu pun mahasiswa yang
lolos, baik mahasiswa S1, S2, maupun S3. Meskipun tidak lolos di tahap
terakhir, saya tetap bersyukur dan bahagia, karena bisa mengikuti program
tersebut bersama dengan para guru besar dan dosen-dosen saya.
Lagi-lagi untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang
penulis, saya pun mencoba mengikuti program yang sama, yaitu GSB Tahap IV pada
tahun 2014. Namun, judul buku yang rencana saya tulis (tercantum dalam proposal
penulisan buku) pada GSB IV tersebut adalah “Seputar Dunia Matematika (Proses Memperkenalkan Matematika ke Masyarakat Luas).” Sama seperti GSB tahap III, saya pun dinyatakan eliminasi di ronde
terakhir.
Saya tak
putus asa. Saya tetap belajar dan berusaha untuk menulis beberapa naskah lagi,
di samping rutinitas kuliah dan berorganisasi. Ya, selalu saya luangkan sedikit
waktu di malam hari untuk belajar menulis. Media yang saya gunakan untuk
menulis waktu itu adalah buku tulis, kadang juga pinjam laptop teman-teman di
beberapa organisasi yang saya ikuti. Sesekali juga saya memanfaatkan warnet.
Maklumlah kala itu, saya belum punya laptop sendiri.
Hemat
cerita, dari beberapa naskah yang saya tulis saat itu, akhirnya dua di
antaranya diterima oleh dua penerbit yang berbeda pada pertengahan 2016 lalu.
Kurang lebih dua bulan kemudian, kedua buku tersebut sampai juga di tangan saya
dan telah dinikmati oleh para pencinta buku, khususnya yang ada di Nusantara
ini. Dan beberapa bulan setelahnya, lahir juga buku-buku antologi.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert