Oleh: Gunawan
Beberapa waktu lalu,
saya berkesempatan menyampaikan pandangan saya tentang”Kebijakan Gerakan
Literasi Sekolah” di hadapan teman-teman mahasiswa. Kebijakan ini tentu sangat
bagus dan menarik, mengingat sebagai salah satu upaya baik pemerintah dalam menumbuhkembangkan
budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah.
Melalui kebijakan ini, setidaknya dapat mendongkrak mutu pendidikan di
Indonesia. Semoga.
Kurang lebih 30 menit
saya menyampaikan materi tersebut. Setelahnya dilanjutkan dengan diskusi
dan/atau tanya jawab. Dalam sesi diskusi tersebut, ada satu pertanyaan dari
teman saya yang berprofesi sebagai seorang guru. Pertanyaannya kurang lebih:
“bagaimana caranya agar bisa menulis, terlebih bagi seorang guru PNS yang mana
salah satu syarat untuk kenaikan pangkat adalah harus menyusun/menulis karya
tulis?”
Pertanyaan ini sungguh
menarik, mengingat pekerjaan guru tidak bisa lepas dari dunia kepenulisan.
Sadar atau tidak, seorang guru dalam kesehariannya di sekolah selalu
berhubungan dengan tulis-menulis. Misalnya, sebelum mengajar di ruang kelas,
seorang guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Demikian
juga ketika menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didiknya, sedikit
banyak pasti ada kaitannya dengan menulis. Belum lagi persoalan administrasi
lainnya. Dengan demikian, menulis bukanlah sesuatu yang asing di mata guru.
Kembali pada pertanyaan
di atas. Jawaban saya sederhana saja. Saya mengatakan kepada beliau, bahwa agar
kita bisa menulis ya dengan menulis itu sendiri. Maksudnya, untuk mengetahui
apakah kita mampu menulis maka caranya adalah dengan langsung memulai menulis. Tidak
ada cara lain. Ingin bisa menulis, ya dengan menulis. Ibarat orang yang ingin
bisa berbahasa Inggris, maka ia harus belajar berbahasa Inggris. Orang yang
ingin pintar matematika, maka ia harus belajar dan menekuni matematika dengan
sepenuh hati.
Lebih lanjut saya
katakan kepada beliau, jadikan menulis itu sebagai suatu kebutuhan pokok.
Dengan begitu, mau tidak mau kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk
memenuhinya. Jika tidak dipenuhi, maka di dalam diri kita seolah-olah ada yang
kurang. Jadikan menulis itu sebagai makanan sehari-hari, agar kita terbiasa dan
terus memenuhinya, begitu tambah saya.
Satu lagi saya katakan
kepada beliau, mulailah dengan niat baik untuk beribadah kepada-Nya dan lakukan
karena cinta. Sebab, bila dilakukan atas dasar cinta, maka itu akan indah dan
terpesona. Maka jangan heran, tangan kita seakan-akan tak mau berhenti
bergoyang dan menari di atas keyboard
atau di atas lembaran kertas.
Tentu jawaban terhadap
pertanyaan beliau di atas adalah berdasarkan pengalaman pribadi saya. Sengaja
memang saya menyampaikan berdasarkan pengalaman sendiri agar bisa meyakinkan
kepadanya, bahwa menulis dan menelurkan karya tulis itu tidak sesulit seperti
anggapan sebagian orang selama ini. Ya, menulis dan melahirkan karya demi karya
itu mudah bahkan sangat mudah, asalkan kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk mewujudkannya. Bagaimana caranya? Ya, dengan bersegera untuk menulis dari
sekarang juga. Tanpa menunda-nunda atau menunggu besok, lusa, dan seterusnya.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert