Kebahagian Yang Sesungguhnya
Oleh: Gunawan
Banyak sekali teori
yang menjelaskan tentang kebahagiaan. Begitu pula dengan teori untuk menggapai
kebahagian tersebut. Namun, di sini saya tidak akan terpaku dengan teori
tentang kebahagian dan cara untuk menggapai kebahagian tersebut.
Menurut saya,
kebahagiaan sejati justru bisa dicapai, bilamana seseorang mau melepaskan dan
tidak terperangkap dengan pandangan tentang teori mengenai kebahagiaan
tersebut. Dengan kata lain, orang justru harus mengurangi dan bahkan melepaskan
sama sekali pandangannya soal kebahagiaan, jika ia sungguh ingin bahagia.
Setelah segala teori,
konsep dan pandangan tentang kebahagiaan dilepas, orang lalu bisa menjadi
alamiah. Ia bisa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak lagi disibukkan dengan
ambisi pribadi untuk mewujudkan cita-cita tertentu. Ia juga tidak lagi hidup
dalam tekanan untuk bertindak sesuai dengan keinginan orang lain. Saya
menyebutnya kebahagiaan tanpa teori/konsep tentang kebahagiaan. Seseorang tidak lagi hidup dalam tekanan (pressure). Inilah bentuk sesungguhnya
dari kebahagiaan, yakni kebahagiaan hati yang sejati.
Pada dasarnya, makhluk
yang bernama manusia adalah makhluk yang berbahagia. Coba kita lihat anak
kecil. Mereka bisa merasa bahagia, seringkali tanpa alasan apa pun. Lain halnya
dengan orang dewasa. Ia justru merasa tegang karena ia dipenuhi dengan berbagai
pandangan tentang kebahagiaan, seolah ia harus cantik, ganteng dan kaya, punya
kendaraan dan rumah mewah, jabatan tinggi, supaya bisa bahagia. Inilah salah
satu ilusi terbesar dalam hidup kita.
Orang yang alamiah akan
bertindak sesuai dengan kenyataan yang nyata, tanpa ada rekayasa. Ia bertindak
bukan untuk memenuhi ambisi pribadi. Ia juga tidak bertindak untuk memenuhi
tuntutan sosial tertentu. Ia bertindak karena keadaan memanggilnya untuk
bertindak.
Ketika ada orang yang
kelaparan, ia memberinya makan. Ketika ada orang yang memerlukan bantuan, ia
lantas segera menolongnya. Ketika ada ketidakadilan sosial di tengah kehidupan
sosial, ia berusaha mengubah keadaan tersebut, sesuai dengan kemampuannya.
Ketika ada orang kehujanan, ia mencoba mencari payung untuknya. Ia tidak lagi
dibebani oleh macam-macam pertimbangan pribadi dan penilaian sosial, yang
justru malah membuat orang menderita, dan tidak bisa berbuat apa pun.
Orang yang telah
melampaui ambisi pribadi dan tuntutan sosial adalah orang yang telah mengalami
pencerahan batin. Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Saya pernah membaca
sebuah buku, namun, saya lupa judulnnya. Isinya kurang lebih bercerita tentang
seorang biksu Zen sedang diwawancarai oleh seorang peneliti sosial terkait
dengan tema kebahagiaan. Si peneliti tersebut bertanya, “apa itu kebahagiaan?”
Si biksu tersebut kemudian menjawab, “bahagia itu berarti, kalau Anda lelah
maka Anda tidur. Kalau Anda lapar maka Anda makan. Kalau Anda haus maka Anda
minum. Kalau Anda tidak punya uang maka Anda bekerjalah untuk mendapatkan
uang.” Sungguh jawaban yang sempurna, menurut saya.
Singkatnya, untuk
menggapai kebahagiaan yang sesungguhnya, maka jangan terpaku dan terperangkap
dengan konsep atau teori tentang kebahagiaan itu sendiri. Karena kebahagian
sejati tidak dapat dijelaskan dengan kata atau pun konsep apa pun.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert