Dilema Menjadi Guru
Oleh: Gunawan
Tulisan
ini sebenarnya terinspirasi dari postingan salah satu anggota grup Facebook Forum Guru Indonesia beberapa hari lalu. Postingan tersebut pada
intinya berisi tentang harapan sebagai seorang guru kiranya pemerintah
memperhatikan kesejahteraan guru honorer dan guru tidak tetap. Menurut
postinganya tersebut, ia hanya mendapatkan gaji/hari sebanyak delapan ribu
rupiah.
Memang kalau dihitung-hitung gajinya tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan atau keperluan sehari-harinya. Mulai dari kebutuhan pokok, seperti makan dan minum, keperluan anaknya yang sudah duduk di bangku sekolah, dan lain-lain.
Sebenarnya fenomena seperti ini terjadi juga di kampung tempat saya berasal. Di kampung saya bahkan lebih parah lagi kalau mau dihitung masalah gajinya per hari. Gajinya tidak genap enam ribu rupiah. Tentu untuk keperluan sehari-harinya mereka tidak bisa mengandalkan gajinya tersebut. Mereka mau tidak mau harus bekerja sampingan, seperti bekerja di sawah, di ladang, bahkan ada yang menjadi tukang ojek demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Miris memang kondisi seperti yang tersebut di atas. Di sinilah muncul berbagai dilema dari para guru. Di satu sisi guru dituntut pengabdiannya untuk selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak didiknya, namun di sisi lain gaji/kesejahteraan mereka kurang bahkan tidak diperhatikan.
Satu hal yang membuat saya bangga bahwa mereka (baca: para guru) khususnya di kampung saya walau memang gaji tidak seberapa, mereka tetap setia untuk membimbing para anak didiknya. Mereka tetap memberikan yang terbaik buat anak-anak didiknya. Karena mereka tahu bahwa di tangan merekalah ujung tombak pembentuk dan pencetak generasi bangsa ini (berkualitas atau tidak, berakhlak baik atau sebaliknya).
Tentu secara pribadi, saya berharap khususnya kesejahteraan para guru honorer dan guru tidak tetap wajib diperhatikan oleh pemerintah. Jangan hanya menuntut para guru untuk tetap selalu menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya. Tetapi, hak mereka (para guru) juga harus dipenuhi dan diperhatikan. Dan juga semoga para guru di tanah air yang tercinta ini tetap setia dan ikhlas dalam mengajar, membimbing, melatih, dan mendidik para anak didiknya, sehingga mampu melahirkan generasi yang berilmu dan berakhlak baik. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Ditulis pada hari Senin, 6 Februari 2017
Memang kalau dihitung-hitung gajinya tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan atau keperluan sehari-harinya. Mulai dari kebutuhan pokok, seperti makan dan minum, keperluan anaknya yang sudah duduk di bangku sekolah, dan lain-lain.
Sebenarnya fenomena seperti ini terjadi juga di kampung tempat saya berasal. Di kampung saya bahkan lebih parah lagi kalau mau dihitung masalah gajinya per hari. Gajinya tidak genap enam ribu rupiah. Tentu untuk keperluan sehari-harinya mereka tidak bisa mengandalkan gajinya tersebut. Mereka mau tidak mau harus bekerja sampingan, seperti bekerja di sawah, di ladang, bahkan ada yang menjadi tukang ojek demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Miris memang kondisi seperti yang tersebut di atas. Di sinilah muncul berbagai dilema dari para guru. Di satu sisi guru dituntut pengabdiannya untuk selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak didiknya, namun di sisi lain gaji/kesejahteraan mereka kurang bahkan tidak diperhatikan.
Satu hal yang membuat saya bangga bahwa mereka (baca: para guru) khususnya di kampung saya walau memang gaji tidak seberapa, mereka tetap setia untuk membimbing para anak didiknya. Mereka tetap memberikan yang terbaik buat anak-anak didiknya. Karena mereka tahu bahwa di tangan merekalah ujung tombak pembentuk dan pencetak generasi bangsa ini (berkualitas atau tidak, berakhlak baik atau sebaliknya).
Tentu secara pribadi, saya berharap khususnya kesejahteraan para guru honorer dan guru tidak tetap wajib diperhatikan oleh pemerintah. Jangan hanya menuntut para guru untuk tetap selalu menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya. Tetapi, hak mereka (para guru) juga harus dipenuhi dan diperhatikan. Dan juga semoga para guru di tanah air yang tercinta ini tetap setia dan ikhlas dalam mengajar, membimbing, melatih, dan mendidik para anak didiknya, sehingga mampu melahirkan generasi yang berilmu dan berakhlak baik. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Ditulis pada hari Senin, 6 Februari 2017
Share This :
comment 0 comments
more_vert