Ceritaku di Toko Buku (Part 2)

Ceritaku di Toko Buku (Part 2)
Oleh: Gunawan
 
Ilustrasi gambar
Saat aku berkunjung ke toko buku yang kedua, aku melihat senyum manis seorang ibu paruh baya tiap kali melayani para pengunjung dan pembeli buku. Satu per satu pengunjung, ia meladeninya dengan sepenuh hati. Seolah tak ada rasa capek yang tampak dari raut wajahnya. Bahkan, ada satu pengunjung (cewek) yang menanyakan judul dan model buku yang dicarinya. Dengan santun, ibu tersebut mengatakan kepada pengunjung yang dimaksud agar sabar sebentar dan segera diambilkan.

Si ibu kemudian memberikannya kepada si pelanggan tersebut. Dengan senangnya pelanggan itu menerima buku yang dibutuhkannya tersebut. Aku sendiri sementara sedang asyik menyantap isi buku secara gratis. Entah mengapa, tiba-tiba ibu (penjaga toko) tersebut, langsung memberikanku sebuah kursi dan mempersilakan agar aku mendudukinya. Barangkali, ia tahu kalau aku sudah hampir satu jam menikmati isi buku sambil berdiri. Aku pun mengucapkan terima kasih kepadanya.

Aku perhatikan betul, bagaimana ibu itu melayani pengunjung yang memasuki toko bukunya. Bahkan, banyak di antara pengunjung yang hanya menyuruh ibu itu untuk mengambil buku yang dibutuhkan, namun tak sampai mereka membelinya. Meski demikian, lagi dan lagi, ibu itu masih saja tetap menampakkan senyuman di wajahnya dan mengucapkan terima kasih kepada para pengunjung walau tak jadi membeli buku yang telah disodorkan tersebut. Bagiku yang masih awam, tentu hal seperti ini patut ditiru oleh kita dan siapa pun di antara kita. Ya, kerendahan dan kemurahan hati seorang ibu dalam melayani setiap tamu yang hadir itu perlu kita tiru.

Setelah kubaca beberapa halaman dari buku yang kulihat, aku pun pamit pada ibu tersebut, dan bergegas melangkah ke toko buku yang lain untuk mencari buku pesanan temanku. Akhirnya, tak sia-sia aku berkeliling dan melangkah ke sana kemari, dari satu toko buku ke toko buku yang lainnya. Nasib baik menghampiriku, bahwa buku yang kucari pun, ternyata ditemukan juga, meskipun stok terakhir. Tentu, aku senang dan bahagia.

Tak langsung aku pamit pulang. Beberapa menit, aku mencoba menikmati isi buku yang tertata rapi di raknya, mumpung masih bisa berkunjung. Setelahnya, baru aku mengucapkan terima kasih kepada penjaga toko buku tersebut dan pamit pulang.

Aku pun melangkah pulang, dan melewati lagi toko buku kedua tadi yang dijaga oleh seorang ibu paruh baya. Aku melihat ibu tersebut sedang istirahat dan memejamkan mata di kursinya. Ada semacam keringat yang keluar di pori-pori wajahnya. Mungkin penyebabnya oleh karena capek dan lelah, setelah mondar-mandir melayani pelanggan dan/atau pengunjung toko bukunya tersebut.

Wallahu a’lam.


Share This :