Membaca adalah Kunci Kesuksesan Hidup

Membaca adalah Kunci Kesuksesan Hidup
Membaca adalah Kunci Kesuksesan Hidup
Oleh: Gunawan

Bagi umat Islam tentu tahu bahwa surat yang pertama turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang mana isinya mengajarkan umat manusia untuk “iqra” (bacalah). Membaca merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Siapa yang dapat  membaca akan bisa memahami kehidupan ini, begitupun sebaliknya, siapa yang tidak mampu membaca tidak akan bisa memahami kehidupan ini. Siapa saja yang mampu membaca realitas maka apapun persoalan hidup akan bisa terselesaikan. Saya teringat dengan sebuah cerita, sebagai berikut: 


Saat itu perang dunia sedang berkecamuk. Yakub adalah seorang Yahudi yang ditahan pihak Nazi. Ia dikurung dalam ruangan gelap dan pengap. Berbulan-bulan ia tidak dapat mengetahui informasi dunia luar, maklum saja di penjara. Suatu malam ia sedang duduk di sebuah teras penjara yang sepi akan penjagaan. Ia menatap langit. Tampak sebuah pesawat terbang sedang menyebarkan selebaran. Selebaran itu melayang di sekitar atap penjara. Yakub mencoba untuk mengejarnya. Tapi selebaran itu berada di daerah terlarang. Yakub nekad menerjang. Akhirnya ia dapatkan selebaran itu dan langsung membacanya. Saat asyik membaca, penjaga penjara datang memergoki Yakub. Yakub ditangkap dan diberi hukuman yang berat, bahkan terancam hukuman mati. 

Demikian penggalan adegan film modern yang menggambarkan kehausan seseorang untuk membaca. Demi membaca ia pertaruhkan hidupnya.

Seperti yang saya singgung di awal bahwa membaca adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Demikian pentingnya membaca, hingga mukjizat terbesar Nabi Muhammad sekaligus kitab suci diberi nama Al-Qur’an, yang secara harfiah berarti bacaan.

Dengan kemampuan kita membaca, akan membantu untuk membuka cakrawala yang tiada batasnya (unlimited). Itulah sebabnya, pelajaran yang pertama kita dapatkan di sekolah adalah pelajaran membaca yang kemudian menulis. Dengan membaca, kita akan banyak mendapatkan ilmu pengetahuan  serta cakrawala berpikir. Bahkan dengan membaca, kita akan menjadi orang yang kreatif, kritis, dan bijak, atau sekurang-kurangnya kita bisa hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang mengetahui.

Para pembaca yang budiman, menurut saya generasi ke depan harus dibekali dengan  kemampuan membaca terhadap keberadaan dirinya sendiri, lingkungan, dan alam semesta. Kita harus semakin sadar, bahwa secara empirik, orang-orang yang pintar membaca, mereka itulah yang sukses. Sebaliknya, kebanyakan orang gagal adalah oleh karena mereka gagal di dalam membaca kehidupan ini.

Sebagai contoh lagi, bahwa orang yang berhasil membaca seluk beluk ekonomi, maka merekalah yang berhasil mengembangkan usaha ekonomi. Demikian pula, orang yang mampu membaca politik, hukum, pendidikan, sosial, dan lain-lain akan mendapatkan keuntungan dari kepandaiannya membaca itu. Begitu pula yang gagal, sebenarnya hanya karena tidak mampu membaca. Hematnya, siapa yang mampu membaca keadaan ia pasti akan mendapatkan seperti yang diinginkan.

Selain dari cerita di atas, ada lagi contoh konkrit mengenai kehidupan salah satu ilmuwan zaman dahulu, berkat membaca, di antara ceritanya adalah sebagai berikut: 

Ini merupakan cerita tentang seorang ilmuwan yang diminta untuk menghitung volume mahkota raja, yang waktu itu belum ada rumusnya. Ceritanya: ada seorang Raja Sisilia memiliki sebuah mahkota yang terbuat dari emas murni. Sang Raja bingung, karena tidak mengetahui berapa volume dari mahkota emas miliknya itu. Lingkaran mahkota itu penuh dengan ukiran-ukiran, sehingga mustahil untuk bisa diukur. Kemudian Sang Raja tersebut memerintahkan salah seorang ilmuwan untuk mengukur berapa volume dari mahkota tersebut. Sang ilmuwan tersebut harus berusaha mencari jawabannya. Tetapi sangat sulit mengukur berapa volume mahkota yang sangat sarat dengan ukiran itu. Ia hampir putus asa. Bagaimana tidak, segala upaya telah dilakukannya, tetapi tidak juga berhasil menemukan jawaban yang memuaskan. Lebih lagi bahwa ini merupakan sebuah perintah dari seorang raja yang sangat dihormati, serta sangat berkuasa kala itu.

Ketika ia sedang mandi berendam sambil merenungi tugas yang diterimanya, tiba-tiba pada saat ia bergerak, air di dalam bak mandinya tumpah. Dia perhatikan hal itu, air yang tumpah itu. Kemudian ia keluar dari bak mandi tersebut, dan ia mengisinya kembali dengan air sampai penuh, lalu dia mencelupkan kakinya, kembali airnya tumpah. Diperhatikannya air yang tumpah itu dengan seksama. Ia tidak merasa puas, kemudian merendamkan seluruh badannya, air yang tumpah semakin banyak. Aha! Dia menemukan jawabannya. Tiba-tiba saja Sang ilmuwan itu berteriak-teriak sambil berlari keluar dari kamar mandi sampai ke jalan raya, dan berteriak-teriak: “Eureka!” (saya dapat!), “Eureka!” (saya dapat!). Saking girangnya, dia lupa bahwa dia masih dalam keadaan telanjang bulat. 

Para pembaca yang budiman, tentu Anda tahu bahwa ilmuwan yang dimaksud dari cerita di atas bernama Archimedes, yang kemudian namanya diabadikan untuk mengingat hukum: BERAT JENIS sama dengan BERAT dibagi VOLUME.

Dari cerita di atas, kenapa Archimedes dapat melakukan itu? Jawabannya jelas, karena beliau bisa “membaca”, membaca pesan alam semesta. Pertanyaan kemudian adalah bisakah kita seperti beliau? Jawabannya menurut saya adalah bisa, karena kita sejak lahir sudah dibekali sebuah potensi yang sangat besar, namun bagaimana cara mengeksplornya, itu tergantung dari masing-masing pribadi kita. Jadi, baca, baca, dan bacalah! 

Wallahu a’lam.

Share This :