Oleh: Gunawan
Sudah lama
tak mendengar kabarmu, sahabat. Beberapa kali kukirim pesan via WhatsApp, tak
pernah engkau balas. Demikian juga, sering kucolek namamu lewat Grup WA, namun
engkau hanya membacanya saja, sekali pun tak pernah engkau balas. Entah apa
yang terjadi. Sungguh, aku tak tahu. Semoga saja engkau baik-baik saja di sana.
Aku rindu
dengan suasana seperti dulu. Rindu dengan "celoteh"-mu. Rindu dengan
kebersamaan dan kehangatan seperti saat itu. Di mana pun, dulu, kita selalu
bersama. Lebih-lebih di kala masih kecil, engkau dan aku seolah saudara
kandung. Masih ingatkah "grup" yang kita bentuk dulu semasa SD?
Semoga engkau tak melupakan itu.
Aku masih
ingat, bahwa dulu aku sering bermalam di rumahmu. Makan dan minum di rumahmu.
Orang tuamu begitu ramah. Saudara-saudaramu begitu baik terhadapku.
Aku begitu
bahagia dan bersyukur pada Tuhan karena bisa mengenal dan bersahabat denganmu.
Di samping sebagai sahabat, engkau juga merupakan salah satu guru kehidupanku.
Engkau banyak mengajariku arti dan makna kehidupan, meskipun mungkin engkau
sendiri tak menyadarinya. Ya, aku banyak belajar darimu.
Namun
kini, engkau seolah menghilang. Seolah ingin menghindar dariku. Mungkinkah
engkau tak menganggapku sahabatmu lagi?
Semoga
saja engkau membaca goresan penaku ini. Tolong tegur aku, bila aku salah.
Ingatkan aku, bila aku pernah membuatmu sakit hati, atau apalah namanya.
Mungkin ada kata-kataku yang terucap (sengaja atau tidak) yang membuatmu tak
sudi lagi menyapaku. Maafkan aku. Aku hanyalah manusia biasa. Aku hanya sesosok
manusia yang dipenuhi dengan noda dan dosa.
Sekali
lagi, jika memang aku pernah berbuat dan/atau berucap padamu yang kurang
berkenan di hati, tolong ingatkan dan tegur aku, wahai sahabatku. Aku tak ingin
persahabatan kita kandas. Aku sangat merindukan suasana yang begitu adem dan
sejuk seperti dulu lagi. Sungguh.
Wallahu a’lam.
Share This :
comment 0 comments
more_vert