“Lucu” Tidak Segampang “Tidak Lucu”

“Lucu” Tidak Segampang “Tidak Lucu”

“Lucu” Tidak Segampang “Tidak Lucu”

Oleh: Gunawan


"Lucu" tidak segampang "tidak lucu." Tidak lucu ya gampang, ya tinggal tidak lucu aja. Hehehe. Ya, itulah yang pernah saya dengar dari seorang Komika ketika dia berbicara di salah satu stasiun Televisi swasta. Lucu bukan hanya sebuah kata yang terdiri dari empat huruf yang tak mempunyai arti yang jelas. Tetapi jauh lebih dari itu. Banyak orang mengatakan, bahwa ketika kita “ketawa” dalam artian ada sesuatu hal yang lucu maka muka kita akan tambah segar. Bahkan, ada juga hasil penelitian orang yang pernah saya baca, dia mengatakan bahwa orang yang sering kali "ketawa" akan kelihatan awet muda.

Namun, saya sempat berpikir bagaimana mungkin dengan modal ketawa saja seseorang akan kelihatan awet muda? Apa yang menyebabkan hal demikian? Mungkin yang dimaksud dari hasil penelitian tersebut adalah ketika kita “ketawa” maka muka kita akan terasa segar serasa tidak ada beban dan masalah apapun.

Ternyata memang benar. Ketika saya diperhadapkan dengan sebuah masalah yang menurut saya awalnya agak rumit penyelesaiannya, namun ketika datang teman saya untuk menghibur saya dan kemudian saya terhibur dengan apa yang diceritakannya. Nah, di situlah kepala saya serasa tidak ada beban apa pun. Dan betul saja, bahkan pikiran saya mulai terbuka kembali dengan menghasilkan solusi dari permasalahan yang tadinya saya tidak bisa selesaikan. Betul-betul manjur. Hehehe.

Dengan bermodal dari hasil penelitian yang pernah saya baca itu, saya sering membayakan: ”Jika seandainya semua pemimpin suatu komunitas atau organsisasi bisa memberikan sesuatu hal yang bisa membuat warga atau masyarakat yang dipimpinnya terasa plong (tidak merasa terbebani) terhadap segala apa yang telah dihadapi dalam hidupnya, maka komunitas atau organsisasi tersebut boleh dikata menjadi sangat luar biasa.” Bahkan pemimpin tersebut akan selalu diingat dan dirindukan oleh masyarakatnya kapan dan di mana pun dia berada.

Dalam memimpin suatu komunitas atau organisasi, menurut saya seorang pemimpin tidak boleh hanya bermodalkan pengetahuan atau kecerdasan dalam hal memimpin seperti biasanya. Tetapi lebih dari itu, ia harus mempunyai kecerdasan yang bersifat menghibur dalam artian positif, sehingga ketika ia (pemimpin) berhadapan langsung dengan masyarakatnya akan terasa nikmat dan selalu bahagia Begitu pun sebaliknya, dari masyarakat terhadap pemimpinnya.

Namun, ada hal yang perlu diingat ketika kita berbicara/bercerita di depan umum (publik). Kita tidak boleh menceritakan sesuatu hal yang berbau negatif karena nanti efeknya bisa menjadi hal yang tidak baik, apalagi mungkin yang berprofesi sebagai guru. Yang berprofesi sebagai seorang guru misalnya, ia harus pandai memilih cerita yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Karena dengan hal demikian, maka suasana pembelajaran di ruang kelas akan merasa terbantu. Lebih dari itu, para peserta didik pasti akan merasa nyaman ketika diajar oleh guru tersebut. Begitu pun sebaliknya, sebagai seorang guru pasti dalam menyampaikan bahan pelajarannya tidak akan terhambat alias lancar.

Hidup mungkin akan terasa hampa bila tak dibarengi dengan sesuatu yang "humor." Dan bahkan mungkin ada juga yang mengatakan, bahwa hidup tanpa “humor” bagaikan rumah tanpa atap. Musim hujan dan kemarau sama-sama tak nyaman. So, bergembiralah bagi siapa saja yang masih bisa merasakan manfaat “humor.” Hehehe.

Wallahu a’lam.

Share This :