Sebuah Penantian

Sebuah Penantian
Oleh: Gunawan

Rabu, 15 November 2017, aku mencoba belajar menulis puisi. Kebetulan yang kutulis bertema “Ibu.” Dua puisi langsung kutulis. Meskipun baru belajar, namun aku sangat gembira, juga lega. Setidaknya, aku bisa mengungkapkan isi hatiku buat ibundaku tersayang lewat puisi.

Usai kutulis, aku mencoba melirik Facebook. Aku langsung membaca postingan di salah satu Grup Facebook yang kuikuti. Ya, ada postingan tentang lomba cipta puisi yang diadakan oleh FAM Indonesia. Dan, hari itu juga merupakan hari terakhir penerimaan naskah. Tanpa berpikir panjang, aku pun mencoba mengirimkan kedua puisiku tersebut. Paling tidak, bisa menjadi pengalamanku. Aku ikut saja dulu, pikirku.

Hemat kata, setelah sekian lama kunanti, tibalah waktunya untuk melihat hasilnya. Pagi hari, Selasa, 5 Desember 2017, pukul 07.04 WIB, tanganku mulai bergetar. Aku mencoba membuka informasi atau pengumuman hasil seleksi lomba cipta puisi bertema “Ibu” tersebut lewat website resminya FAM Indonesia.

Jantungku berdetak kencang. Seolah sedang “ketakutan.” Perlahan kutelusuri satu per satu nama dan naskah puisi yang lolos seleksi. Aku bahagia dan bersyukur, ternyata naskahku lolos seleksi. Aku begitu senang, sebab dari 1009 naskah yang masuk, hanya 200 naskah yang lolos dan akan dibukukan, dan di antaranya ada namaku. Naskah yang lolos tersebut berdasarkan penilaian dari Tim Juri. Karena urutan 200 nominatornya berdasarkan abjad, namaku berada pada urutan ke-61.

Sungguh, sebagai penulis pemula dan juga baru mencoba belajar menulis puisi, aku sangat bersyukur. Setidaknya, usahaku membuahkan hasil yang positif. Ya, penantianku akhirnya terwujud juga. Buku kompilasi puisi ini nantinya akan menjadi kado khusus buat ibundaku tercinta.

Wallahu a’lam.
Share This :